• home

Cerita Eksibisionis Tita : 4 Perjalanan ke Bandung

petualangan tita berlanjut 2

kesokan paginya pun kami siap berangkat menuju bandung untuk bertamashya ternyata sul dan adiknya kemarin sudah memberikan surat ke pada gurunya jadi mereka tidak akan kena masalah hari ini dan kemarin tidak bersekolah juga. hari itu aku memakai tanktop ke sukaanku yang berwana ungu dan celana jins pendek yang membuat diriku makin meresa sexi di tambah lagy tanpa BH dan CD. kami pun pergi ke stasiun naik taksi lalu mencari kereta yang berangkat ke arah bandung dan mereka berdua sengaja memilih kelas ekonomi dan sialnya buat ku pasti mereka sengaja memilih kelas ekonomi agar aku bisa di grepe2 oleh mereka berdua. tak lama setelah mendapat tiket kereta kami pun datang dan kami bertiga pun naik ke kereta tersebut. aku melihat beberapa anak memakai kaos Viking di kereta ini mereka terlihat seperti anak2 |SMP ukuran badan anak2 itu sama dengan badan sul. lalu tiba-tiba ada yang menarik tanganku saat ku tengok ternyata sul lha yang menarik tanganku kearah belakang gerbong kereta ini dan ketika dia memaksaku masuk kedalam WC serta mengunci pintunya dia sagera membuka jins pendekku dan memelorotkannya sampai sebatas paha dan dengan cepat dia mengeluarkan penisnya yang berukurang agak kecil itu meski sedang tegang penis itu tetap brukuran kecil menurutku. dan dengan terburu2 dia mengoleskan krim aneh yang dia bilang itu adalah krim perangsang dan efeknya selalu sama membuat tubuhku terangsang hanya dalam 1 menit. ketika dia rasa sudah cukup basah dengan cepat dia memasukan kemaluannya ke vaginaku memang ukurangnya kecil tapi karena efek obat perangsang aku jadi sangat menikmati kemaluan kecil ini yang sedang mencari kepuasan di dalam kemaluan gadis sepertiku ini. "ah.. ah.. ah.. teh memek lu gak pernah berubah tetep aja nikmat kaya biasanya gara2 tadi liat cewe sexi di stasiun gw jadi sange berat neh teh." jawabnya sambil terus memaju mundurkan kemaluannya di dalam vaginaku. aku terus menahan desahan agar tak ada penumpang yang curiga sambil menggigit bibir bawahku aku berusaha menahan nikmat yang sedang melanda tubuhku saat ini mungkin karena efek krim itu tubuhku yang dulu tidak terpengaruh dengan penis sul sekarang malah takluk dan pasrah serta menikmati tiap sodokan penisnya pada vaginaku. setelah 10mnit akhirnya penisnya bergetar di dalam vaginaku dan "crot...Crot...crot...crot...crot..." dia memuntahkan spermanya dia dalam rahimku sebanyak 5x setelah penisnya mengecil baru lha dia mencabut penisnya. aku pun berjongkok untuk membersihkan penisnya dari sisa2 sperma seperti budak yang baik aku melakukannya dengan perlahan tapi efeknya malah membuat sang penis bangun kembali. "ah sial lu tita bikin gw makin sange aja segala di jilatin kontol gw yang lagi sensi ma cewe jadinya kan gaceng lagi neh dasar budak bisanya bikin majikannya nafsu doank. sekarang nungging lu sebagai hukuman buat lu." lalu setelah aku menungging dia menggesek-gesekan kemaluannya ke lubang anus ku dan itu membuatku mulai panik karena selama ini aku hanya pernah sekali disetubuhi di bagian anus dan rasanya sakit sekali dan benar saja beberapa saat kemudian dia mulai memasukan kemaluannya ke dalam anusku tapi anehnya kali ini tidah terlalu sakit seperti dulu mungkin kah karena efek obat perangsang tadi???  dia pun mulai menggenjot lubang anus ku sekrang baru lha terasa agak nyeri meski tak sesakit pas pertama kali di sodomi. baru juga 3 menit dia menyetubuhi anusku dia sudah keluar "akh... crot.. crot.." kali ini dia hanya dua kali menyemburkan spermanya. "dah sekarang lu bersihin dah tuh memek ma bool lu gw mau keluar dulu." ujarnya padaku lalu membuka pintu dan pergi, aku pun menutup pintunya kembali. untung tidak ada orang di depan pintu toilet ini pikirku membuat ku sedikit meresa lega tapi ternyata lagi2 aku salah ternyata dari tadi ada mengintip perbuatan kami berdua di dalam WC ini.


saat aku selesai membersihkan kemaluanku dari sisa2 sperma sul dan memakai kembali jinsku aku pun membuka pintu wc dan keluar tapi baru saja aku mau berjalan ke koridor tiba2 sebuah tangan mendekapku dari belakang dan menyeretku keluar gerbong kereta ini setelah sampai diluar gerbong dan menyeretku ke kiri agar tidak ada yang melihat. setelah merasa aman dia mulai memasukan tangannya ke kemaluanku dan dengan cepat mengobok2 kemaluanku itu. mumbuat ku merasa lemas dan pasrah lagi " ka diem ya jangan ngelawan aku cuma pingin ngentot memek kaka doang ko gak tahan tadi liat kaka di entot ma anak kecil itu." aku pun mengangguk meyakinkannya bahwa aku tidak akan melawan. lalu dia melepas dekapannya "bilang aj kalo gak tahan liat kaka mah kamu bebasko nikmatin tubuh kaka." kataku sambil berbalik ke arahnya ternyata dia hanya seorang anak jalanan yang jadi pedagang asongn di kereta ini. sepertinya umurnya sekitar 15-16 thunnan. lalu dengan ganas dia membuat tubuhku bersandar pada dinding gerbong dan dia mulai mengerjai kemaluanku. aku sekarang benar2 terbuai dengan rangsangan yang ia berikan padaku, tangannya yang sedang berkuasa di dalam jins pendekku ini membuatku sangat risih karena takut dilihat orang meski kereta melaju cukup kencang tapi tak menutup kemungkinan ada orang yang melihat kami berbuat mesum di situ. aku memalingkan wajahku karena malu pasti sekarang wajahku kembali memerah karena aku sudah terangsang berat sekarang. aku pun membiarkan anak ini berbuat sesuka hatinya, dia pun mulai melorotkan jins ku sebatas paha sehingga sekarang vagina ku yang mulus tanpa bulu ini terlihat jelas di depan matanya. dengan ganas dia melahap vagina ku dan membuatku kembali melayang, "akh... uhh..." tanpa sadar aku mendesah. "anak ini ganas juga ternyata" pikirku meski wajahnya jelek tapi dia cukup bersih menurutku. aku mulai menggigit bibir bawahku karena menahan nikmat dari lidah anak ini yang menari2 di dalam vagina ku dan sering menyentuh clorisku sehingga membuatku tersiksa menahan nikmat. tiba-tiba ia berhenti menjilati vaginaku dan mulai berdiri dia pun kembali menggrepe-grepe badanku sambil menciumi leherku tali tanktopku sudah turun sebelah menambah kesxyan tubuhku ini. anak ini rupanya benar2 ingin memuaskan seluruh birahinya dan menikmati tubuhku selama mungkin agar tidak cepat selesai dia tidak buru2 menyetubuhiku. tapi hal itu membuatku semakin tersiksa karena saat ini aku sangat berharap dia segera menytubuhiku karena aku sudah tidak tahan lagi. "aku masukin sekarang ya ka?"tanyanya meminta izin padaku. aku pun mengangguk lemas meski sedikit kecewa karena dia terlambat menyadari bahwa aku sudah tak tahan dengan rangsangan jari2 nakalnya pada kamaluanku. bagai mendapat angin segar dia pun mulai memasukkan penisnya ke dalam vaginaku dan aku sangat menikmati prosesi pemerkosaanku ini. dan "slep" masuk lha sang burung ke sangkar milikku ini. "akh..." hasilnya aku pun kembali mendesah. dia mulai menggerakan penisnya maju mundur dan mulai memompa tubuhku ini. "ahhh... enak banget ka memek lu kontol gw kaya dipijit." dia pun mulai meracau karena lubang kenikmatanku ini memang sangat rapat dan terawat meski sudah banyak orang yang menikmatinya. karena aku rajin minum sirih dan membersihkan liang vaginaku ini. dia makin gencar menggenjot tubuhku 5 menit kemudian aku pun mulai merasakan akan orgasme. "akh... ka aku mau keluar..." ujarnya meracau lagi "tahan dikit lagi kakak juga udah mau keluar kita keluar bareng2.." kataku berusaha agar bisa mencapai orgasme. dia pun terlihat menahan sebisanya. beberapa saat kemudian aku merasakan cairan cintaku akan keluar."aku keluar...akhhhh..." racau ku kemudian di susul dengan semburan sperma anak ini "crot...crot...crot...crot...crot... akh.... kak aku jg keluar...." dia pun meracau.

lalu kami berdua pun bersandar lemas tanpa membenarkan pakaianku terlebih dahulu aku mulai membuka pembicaraan. "nama kamu siapa???" tanyaku padanya dengan nafas yang terengah-engah. "namaku adi ka. nama kakak sendiri siapa???" tanyanya balik. "namaku tita, umur kamu berpa di???" tanyaku lagi "baru 15thun ka. emang kenapa??" ujarnya dengan polos "hah 15thun dah bisa main sehebat ini??? mang kamu gak sekolah ampe dagang asongan begini??" tanyaku sambil melihat dagangannya."udah berhenti ka pas smp kelas 2. mau bantu ortu cari duit. hmmm ka celananya kok gak di benerin???" tanya heran dan agak kikuk. "eh ini emang kenapa??? kamu terangsang lagi ya??" tanyaku menggodanya."ehh anu... itu..." dia pun mulai salah tingkah aku tertawa kecil saat melihatnya begitu. tapi tiba2 aku di kagetkan dengan pintu gerbong yang terbuka "srekkk" dan ada sekitar 3 orang di balik pintu gerbong yang terbuka itu. "eh eh ternyata bener ada yang lagi ngewe di sni gw kira tadi salah denger." kata salah satu anak yang berdiri di pintu gerbong itu. "iya neh sial tuh pedagang asongan dapet cewek cakep gak bagi2." ujar anak yang satunya lagi. "iya padahal cewenya kurang puas tuh liat sekarang aja celananya masih melorot begitu." "udah dari pada kelamaan mendingan kita asoy bareng2 karang" aku tau nasib burukku akan segera bertambah sekarang ini untung perjalanannya masih setengah jam lagi. jadi sepertinya aku sanggup untuk malayani mereka ber 4. hanya anak2 ingusan ini pikirku paling cuma tahan 10 mnit pling lama ge. lalu salah satu di antara mereka mulai menarik kepalaku kearah selangkangannya."bukain terus isep and telen isinya kalo dah keluar." aku pun dengan patuh membuka celananya dan mengeluarkan penisnya dan mulai menjilati kepala penis itu. dari belakang kurasakan ada yang mengobok2 vaginaku dengan posisi perangkak aku sudah seperti anjing peliharaan yang sangat sexy yang sedang di kerjai oleh para majikanku yaitu manusia2 ato lelaki2 hidung belang. lalu payudaraku mulai diremas pelan oleh anak yang berada di belakangku.tidak hanya itu dia juga sudah melepaskan celananya sehingga sekarang penisnya dengan gagah mengacung di belakangku. tak di sangka penis itu sangat besar dan sekarang penis itu mencoba masuk kedalam lubang kenikmatanku yang sempit ini. hasilnya "akhhh...." membuatku memdesah dan tersentak saat penis itu masuk dengan sekali dorongan. " benerkan neh cewe masih sange berat... buktinya sekarang aja kontol gw bisa masuk and memeknya udah licin banget." ejeknya menghinaku "iya neh liat gw genjot bibirnya ge dia gak ngelawan. emang cewe bangsat lu doyang kontol neh makan kontol gw." ujarnya makin kurang ajar. "udah lu juga sini pedagang mesum gw lagi bae karena gara2 lu kita2 jadi dapet neh cewe lu boleh ikutan ngewe neh amoy. oh iya satu lagi amoy sial lu kudu manggil kita2 tuan selama lu ada di kereta ini ngerti???" ujarnya sambil menjenggut rambuku. aku hanya mengangguk pelan di balas dengan senyuman mesumnya. "akhhh... gw gak kuat bray pengen ngecrot euy..." ujar anak yang ada di belakangku lalu aku merasakan ada cairan hangat yang mengisi vaginaku. bersamaan dengan itu aku merasakan penis yang sedang menggenjot mulutku ini mulai berkedut. "akhhh... gw juga udah gak kuat bray ... ini cewe ajib banget mulutnya..." crot....crot... crot... panisnya menyemburkan sperma sebanyak 3x di mulutku. "awas lha gantian gw jug pengen ngewe memek neh amoy." ujar anak yang berdiri di samping adi. dia mulai menggesek-gesekan penisnya di kemaluanku tanpa memberi kesempatan untuk beristirahat dia langsung memasukan penisnya ke vaginaku dan mulai menggejot tbuhku yang sexi ini. "akhh... bener2 seret memek lu amoy sial kontol gw ke enkan kalo begini terus mah." dia mulai meracau sambil terus menggenjot tubuhku. "eh lu juga entot tuh mulut amoy mumpung nganggur tuh mulut." ujar anak yang sedang bersandar di dekat pintu gerbong itu. anak itu mula memaksa adi untuk menggejot mulutku. "di kasih enak gak mau lu gw gibeng lu ah.. buruan lu entot tuh mulut amoy kalo kagak gw bakal sobek2 bajunya neh amoy terus gw lempar dari kereta." ancamnya ke adi. adi pun terpaksa menjejalkan penisnya yang sudah mengacung tegak bagaimana tidak dya melihat ku digenjot pasrah bagai budak yang patuh. aku pun membuka mulutku "ka maaf ya gara2 aku kakak jadi di perkosa begini." ujarnya meminta maaf padaku. "iy udah gpp buruan entot mulut kakak cepet kakak gak mau baju kakak ampe disobek ama mereka." ujarku meyakinkan adi.adi pun mulai menggenjot mulutku yang imut 3 menit kemudian aku merasakan penis yang berada di vaginaku berkedut beramaan dengan itu penis adi juga mulai bergetar pertanda kedua orang yang ini akan segera orgasme."akhhhh... enak bngt memek lu amoy sial..." racaunya lalu menyemburkan spermanya ke rahimku "crott...crot...crot..." begitu jug dengan adi. "kak maaf ya adi gak kuat mulut kakak enak banget. crot...crot...crot..." adi menyemburkan spermanya ke dalam mulutku sebanyak 3kali. "bener2 amoy ini bikin gw puas. sekarang u ikut kita ke gerbong" aku pun membenarkan jeansku dan tanktopku lalu mengikuti mereka ke dalam gerbong dengan patuh. mereka mengajakku ke gerbong yang padat jumlah orangnya. dan membawaku ke pinggiran gerbong itu di dekat pintu keluar.

"sekarang lu coliin temen gw satu2 sekalian ma pedagang asongan itu." perintahnya padaku lalu aku pun dengan patuh membuka resleting celana mereka dan mengeluarkan penis nya lalu mulai mengocok-ngocok penis itu sehingga membuat penis itu semakin membengkak dan membesar aku terus menggunakan seluruh kemampuanku dalam mengocok penis dan hasilnya membuat kedua anak yang ku oral tak bertahan lama hanya sekitar 5 menit saja. lalu tinggal 2 anak lagi termasuk adi tapi kali ini saat aku mengoral ada satu anak yang meremas-remas payudaraku dan menyelipkan tangannya ke dalam jeans pendekku lalu mengobok-obok vaginaku dan itu membuatku tidak bisa konsen mengocok penis kedua anak ini. tapi tetap saja kedua anak ini tak bisa bertahan lama saat penisnya berada di genggaman tangan ku yang hangat dan halus. sudah gitu di tambah umurku yang berbeda jauh dari mereka aku sudah berumur 21 thun hampir 22 thun sedangkan mereka hanya anak2 yang kurang bermoral yang baru berumur 15-18thunan. terlihat jelas dari wajah mereka yang masih polos, saat mereka memuncratkan spermanya dan terkena tanganku aku pun menjilatinya sampai bersih karena diriku saat ini sedang BT (birahi tinggi). tak lama kemudian aku pun merasakan vaginaku kembali berdenyut pertanda aku akan segera orgasme dan "akhh..." aku pun mendesah karena di landa orgasme di tangan anak ini yang aku tidak tau siapa namanya. setelah itu mereka pun meninggalkan aku dan adi di gerbong itu. "ka sekali lagi maaf ya gara2 aku kakak jadi begini." ujarnya meminta maaf lagi kepadaku. "udah gpp tuan aku udah biasa begini kok tenang aja." sahutku berusaha menenangkannya. tak lama kemudian ada sebuah tangan yang menarikku "buruan bangun udah mau sampe neh amoy bego." suara itu sangat ku kenal, benar saja saat ku menengok ternyata itu adalah suara sul salah satu dari 9 orang yang menjadikan aku budak seks sekaligus boneka seks. "iy tuan." aku pun berdiri mengikutinya aku sempat menengok kebelakng dan tersenyum ke arah adi. akhirnya perjalannan yang melelahkan pun berakhir aku pun mengikuti tuanku sul. besok kira2 apa lagi yang akan terjadi ya???

maaf ya karena lama ngupdate ceritanya saya kemarin kebelun sedang kurang sehat dan banyak pikiran jadi belum sempat buat cerita lainnya dan yang baru selesai hari ini adalah cerita ini... minggu depan saya rencananya baru lah saya menyelesaikan chapter berikutnya dari kisah linda dan hukuman untuk isitri pembohon....  certia tita juga masih belum selesai jadi tunggu chapter berikutnya...
bersambung.... ^^

from Cerita Cewek Biru | Cerita Cewek Eksibisionis dan Suka Pamer Keseksian

Cerita Eksibisionis Tita : 5 Petualangan di Desa

petualaganku dipedesaan daerah bandung.

setelah aku dan sul sampai ditempat tujuan yaitu rumah saudaranya di bandung dia memberikan perintah padaku untuk tetap calm saat itu karena dia ingin semua berjalan sesuai rencananya.pada malam harinya lah dia membeberkan semua rencananya padaku katanya ia ingin membuat video tentang anak-anak yang menyetubuhi seorang wanita dewasa. dan membuat video itu untuk saudaranya yang saat itu ku ketahui bernama ajis dia seorang pemuda berumur 20 tahunan kata sul aku tidak boleh bersetubuh dengannya karena dia mengidap penyakit kelamin saat ini itu sebabnya ajis tidak pernah bergaul dengan wanita. sul ingin ajis dapat melampiaskan nafsunya tapi tidak dengan diriku melainkan dengan para wanita yang telah menghinanya dulu yang sekarang sudah memiliki anak. dan sul tau betul anak-anak itu sekarang ada dimana serta sedang apa.intinya sul ingin menjebak anak-anak mereka untuk bisa menyetubuhiku dan merekam semua adegan itu untuk memeras orang tuanya yang merupakan ibu-ibu muda yang masih seumuran denganku yaitu sekitar 21-25 tahunan. sekarang yang dibutuhkan sul hanyalah rekamannya saja untuk membuktikan kebejatan anak-anaknya.

pagi itu tanpa membuang waktu kami segera bergegas menuju ke tempat dimana rencana sul akan dijalankan.sul benar-benar serius merencanakan semua ini entah kanapa dia sampai segitunya untuk membalaskan dendam saudara jauhnya itu. aku pun pagi itu mengenakan jaket yang besar sehingga menutupi seluruh bagian tubuhku sampai sebatas paha dan dibalik jaket itu aku hanya mengenakan tanktop putih dan CD polosku. sul pun dengan cepat menyuruhku melepaskan jaketku dan menyuruh untuk pura-pura pingsan di bebatuan pinggir kali yang ada di pinggir jalan dia bilang jangan bergerak sebelum ada yang menyentuh tubuhku jadi aku pun mulai pura-pura pingsan. meski pertama itu sangat sulit karena udaranya lumayan dingin tapi setelah 10 menit aku pun mulai terbiasa. samar-samar kudengar suara gaduh seperti sekumpulan anak-anak yang sedang bercanda. aku tetap pura-pura pingsan karena tidak mau melakukan kesalahan karena bisa berakibat buruk bagiku. "eh-eh liat tuh ada cewe..." terdengar seorang anak teriak pada temennya. "mana-mana?" tanya temannya dengan tidak kalah kerasnya. "itu tuh" ujar bocah yang melihatku, aku bisa membayangkan dia sedang menunjuk ke arahku saat itu untuk menunjukan keberadaanku pada teman-temannya. "wah iya samperin yu keliatannya itu cewek pingsan deh." ujar temannya yang lain. ku perkirakan mereka ada 3-4 orang. kemudian kurasakan ada seorang anak yang menyentuh pahaku dan menggoyang-goyangkan tubuhku. tentu saja aku tak akan memberikan respon karena aku tidak ingin mengacaukan rencana majikanku. "beneran pingsan ini cewek coy" ujar salah seorang anak. "wah iya ini cewek kenapa ya ko cuma make cangcut ma kaos kutang begini." oceh temannya "et dasar orang kampung tanktop gue di bilang kaos kutang dasar." pikir ku saat itu. namun baru saja aku berpikir seperti itu aku mulai merasakan ada yang menarik CDku dan mulai melolosi CDku itu. "eh ko lu pelorotin CDnya?" ujar temannya yang mungkin juga ikut kaget akibat ulah temannya yang cukup berani itu. "iya lah kapan lagi kita nemu cewek cakep and semok pingsan gini dah gtu cuma make kaos kutang ma CD doank lagi." celetus anak itu pada temannya sambil mulai membalikan badanku sehingga manjadi posisi terlentang dan dia mulai membuka sekedua kakiku agar mengangkang. tangan nakal anak itu mulai meraba bibir vaginaku dengan agak kasar. aku memaklumi kalau anak itu masih pemula tapi yang tidak ku duga adalah tanganku yang ditarik lalu digenggamkan pada sesuatu aku bisa menebak benda apa itu karena aku sudah sangat akrab dengan benda itu. jelas sekali kalau aku sekarang sedang menggenggam sebuah penis yang sedang mengacung tapi siapa sangka penis itu lumayan besar digengamanku. tanganku mulai digerakan oleh anak itu agar mengocok penisnya. "uhh enak coy meski pingsan tangan neh cewek alus bener baru kali ini kontol gua di kocokin cewek." racau anak yang penisnya sedang dikocok menggunakan tanganku itu. siapa sangka anak-anak seperti mereka berani melakukan ini padaku. "eh lu berani banget ko." ujar temannya yang heran atas ulah temannya yang mesum itu. "yehh enak tolol kapan lagi dapet cewek beginian kita liat." jawab temannya mempercepat kocokan pada tanganku. aku merasakan penisnya berdenyut saat itu pertanda bahwa sebentar lagi aku akan mendapatkan semburan sperma pertamaku hari ini. "ahhhh sialan enak banget.... crot...crot.." racau anak itu mengeluh akibat ulahnya sendiri dan menyemprotkan spermanya ke arahku dengan ganas. tak hentinya aku dibuat kaget oleh ulah anak-anak ini sekarang ada seseorang yang mencoba memasukan sesuatu ke vaginaku dan sangat jelas benda itu adalah sebuah penis. aku akan segera di setubuhi oleh seorang anak kecil yang bahkan wajahnya belum ku lihat tapi sensai itu malah membuatku makin terangsang dan vaginaku mulai mengeluarkan cairan pelumasnya yang tentu memudahkan bagi anak itu untuk menyetubuhiku. benar saja dengan mudah penisnya masuk kedalam vaginaku tapi karena penisnya tidak begitu besar jadi tidak begitu terasa efeknya bagiku. tubuhku pun mulai di pompa dengan penisnya yang kecil itu dan dalam waktu lima menit ternyata anak itu mencapai batasannya.

setelah puas menikmati tubuhku anak itu mencabut penisnya yang sudah lemas itu. "eh gimana kalo kita bawa neh cewek ke seberang kali biar bisa kita entotin sepuasnya." usul salah satu dari mereka."boleh juga ide lu ko tapi si amir ma budi setuju gak tuh mereka kan anak yang sok alim." ujar temannya yang menyetujui usul temannya itu. entah apa yang membuat mereka seberani itu padaku tapi sekarang saja badanku terasa seperti diangkat dan digotong oleh seseorang tubuhku yang kecil membuat mereka mudah membopong tubuhku ke sisi lain sungai itu. dan disisi sungai aku diturunkan lalu aku mendengar suara-suara aneh seperti ada yang sedang membuat sesuatu. belum sempat hilang keresahanku itu tanganku di satukan kebelakang tubuhku dan aku merasa tanganku seperti diikat oleh sesuatu. "nah kalo begini biar dia bangun nanti juga gak bakal bisa apa-apa tangannyaudah kita iket gini dia juga gak bakal bisa lari." ujar salah seorang dari anak-anak itu setelah selesai mengikat kedua tanganku.lalu ada seseorang yang mendangakkan kepalaku dan membuka paksa mulutku lalu menyumpal mulutku dengan sesuatu yang panjang dan terasa hangat. tentunya aku tau betul benda apa itu karena lebih dari sering aku merasakan benda itu masuk kemulutku. sekarang penis yang memasuki mulutku itu perlahan membesar dan dengan cepat menyubat mulutku sepenuhnya. "ahhhhhh enak banget ya kontol kalo masuk ke mulut cewek pantes abang gua ketagihan. di giniin sama ceweknya." racau anak yang menjejali mulutku dengan penis itu. aku hampir kehabisan nafas saat itu dan dengan perlahan aku memulai rencana untuk sadar karena tak sanggup menahan nafas lebih lama lagi. mataku perlahan-lahan kubuka dan aku berencana membuat seolah aku kaget atas apa yang terjadi padaku saat ini. "hmmmm... mhmmm.." aku mengeluh karena mulutku saat itu tersumpal penis. "eh-eh gawat tuh cewek bangun coy." ujar anak yang ada di sampingku. "arhggggg nanggung... urggghhh bi...arin... gua udah... mau ... sampe.." racau anak yang sedang memperkosa mulutku itu. "uhhhhh... crot...crot..crot..crot..crot.." dia pun menyemburkan lahar panasnya banyak sekali sampai meluber di mulutku. aku pun menelan semua sperma itu dengan ikhlas dan menikmati rasa dari sperma itu. "apakah aku sekarang jadi wanita yang doyan sperma?" pikirku dalam hati. setelah penis itu mengecil anak yang menyetubuhi mulutku itu menarik penisnya dari mulutku. "uhukk..uhukk.." aku terbatuk-batuk karena sedikit tersedak oleh sperma yang ku telan tadi. baru saja aku mulai ingin menenangkan diri tiba-tiba aku di kagetkan dengan pisau yang menempel dipinggulku dan anak yang yang menodongkan pisaunya itu juga mendekap mulutku dengan cepat dan panik Pisau itu diarahkn kearahku. "ssstttt diem lu klo kagak mati sampean." ujar joko agak panik. Aku pun mengangguk untuk meyakinkan pada mereka bahwa aku tidak akan melawan. Lalu perlahan tangan yang mendekap mulutku terlepas. "iya aku ngerti ko kamu tadi udah gak tahankan liat aku cuma pake tanktop ama cd dipinggir kali? Udah gapapa ko gak perlu ngancem gitu. Tadi aku cuma kaget aja. Abis pingsan karena kedinginan tau-tau pas bangun lagy diperkosa." ujarku berusaha menenangkan joko. "teteh gak marah sama ki-kita?" tanya anak yang penisnya baru saja menyemburkan spermanya di dalam mulutku "buat apa saya marah kan salah saya juga udah bikin kalian nafsu begini sekarang kalian gak usah takut teteh pasrah ko kalian apain juga asal kalian jangan bunuh teteh ya" ujarku mencoba membuat mereka tenang agar tidak kelepaskan menggunakan pisau mereka. "ka-kalo gitu lu karang mau kagak ngebersihin ko-ko-kontol gw kaya yang difilm bf gtu." tantangnya pada ku membuat ku sedikit kaget. "boleh sapa takut" aku pun langsung mencoba menggerakan tubuhku agar bisa menjilat penis'a yang berlumuran sperma. Setelah bersusah payah akhirnya sampai kedepan selangkangnnya. Aku pun mulai menjilat seperti anjing yang kelaparan aku terus membersihkan sperma yang ada pada penis anak ini tapi dengan gerakan perlahan agar teman-temannya ikut bernafsu padaku. Benar saja baru selang beberapa menit aku menjilati dan membersihkan penis anak ini kulihat dibalik celana mereka ada sesuatu yang menonjol. Aku tersenyum geli karena mereka sepertinya sangat polos meski mereka berlagak sok kasar padaku tapi aku berani jamin mereka tak akan berani membunuhku seperti yang anak itu katakan tadi untuk mengancam ku. Tak hanya teman-temannya yang terangsang melihatku menjilati penis bocah yang tadi memperkosa mulutku ternyata pemilik'a juga terangsang terlihat sekarang penis'a kembali tegang. "uhhh... Kontol kamu nakal banget gaceng lagi tuh." desah ku menggodanya. "hehehe abz teteh nafsuin sich..." ujar anak itu sambil nyeringai mesum tapi setelah bersih aku pun menyudahi acara jilat penis itu. "bisa gak lepasin iketan tangan aku. Soal gak enak banget diiket gini mah. Gak bisa ngocokin kontol kamu." ujarku memohon pada anak yang menodongkan pisaunya itu karena memang sangat tidak nyaman kalo harus melayani mereka dengan tangan terikat "boleh aja tapi dengan syarat. Teteh musti mw nurutin apa yang kami mau ya." ujar anak yang menodongkan pisaunya itu sambil menelan air liur'a. "boleh teteh akan jadi pelayan setia kalian hari ini dan akan menuruti apa pun yang kalian minta." ujarku pada mereka. Padahal emang tujuanku untuk menjadi budak mereka agar tugasku cepat kelar.lalu aku pun disuruh oleh anak yang menodongku dengan pisau itu untuk menjilati penisnya seperti yang ku lakukan pada temannya. dengan senang hati ku lakukan perintahnya itu."uhhh teteh enak banget jilatan teteh rasanya mantep beh.." racaunya saat penisnya ku manjakan aku yang sedang mengoral penis itu dikagetkan dengan sebuah penis yang menerobos paksa vaginaku. ternyata anak yang tadi kubersihkan penisnya sudah tidak tahan sehingga langsung mencoba menggenjot tubuhku dengan buru-buru aku tidak kaget kalau dia memang sudah tidak tahan.bagaiman tidak aku seorang wanita dewasa yang bertubuh sexy membuat penisnya tegang tanpa membuatnya mengerluarkan isinya. "ahhhh bener-bener nikmat coy memek awewe geulis mah" racaunya mulai menggunakan bahasa sunda yang tidak ku mengerti. aku melanjutkan teknik oralku pada anak yang menodongku dengan pisau itu "uhhhh teh amoy enak banget... ahhhh..." kurasakan penisnya mulai berkedut saat dia mulai meracau. lalu beberapa saat kemudian "crot...crot...crot...crot.." penis itu menyemburkan spermanya dimulutku lalu ku telan dan sambil menghayati rasa sperma tersebut. setelah selesai menelan sperma anak yang ku oral aku pun merasakan penis yang menggenjot vaginaku pun mulai berkedut. "enghhh" tanpa sadar aku mendesah kecil "arggggg crot...crot...crot..." tiga semburan mutlak didalam vaginaku telah ku dapat. "udah puas sekarang kalian anak-anak nakal? yang udah bikin teteh sange and ngentotin teteh." ujarku dengan nakal "belum teh itu liat gak temen kami berdua yang sok alim aku minta teteh bikin mereka kenakan sampe memperkosa teteh bisa gak?" tantang anak yang menodongku tadi. "boleh aja." kuterima tantangannya itu, tanpa buang waktu aku mendekati temannya yang sedang duduk membelakangi kami bertiga itu dan ketika sudah cukup dekat aku pun langsung memeluknya dari belakang. "ehhh teteh mau ngepain... uhhhh..." ujarnya kaget sambil mendesah karena aku langsung memasukan tanganku kedalam celana bahan yang ia gunakan. dugaanku juga terbukti tepat ternyata anak kampung ini memang benar tidak menggunakan celana dalam di balik celana bahannya itu sehingga memudahkanku untuk menyentuh isinya. lalu dengan cepat dan sigap ku mainkan tanganku yang berhasil menggenggam penis kecil itu lalu ku kocok-kocok perlahan sehingga membuat pemilik makin gelisah karena merasakan nikmat untuk pertama kalinya mungkin bagaimana tidak terlihat kalau anak ini jauh lebih muda dari pada anak-anak yang tadi menyetubuhiku dengan penuh nafsu. aku memijit mijit penis kecil itu dan tidak lupa memberikan sedikit kocokan pada penis itu. baru 3 menit aku memainkan penisnya yang sudah mengeras itu sekarang sudah mulai berkedut. "teh ahhh.... saya gak tahan pengen pipis...crot.,.. crot...crot..crot..crot..." banyak sekali penis kecil itu memuntahkan spermanya. hasilnya sekarang celana bahannya itu basah akibat ceceran spermanya yang menyembur keluar. "wah kamu ngompol nakal ya. sini lepas celananya." ujar ku dengan genit lalu ku buka celana yang basah itu terpapanglah penis kecil yang mulai melemas itu. aku pun membersihkan penis itu dengan mulutku, ku jilati sperma yang berceceran di penis itu dengan perlahan karena aku ingin anak ini kembali terangsang. benar saja baru juga ku jilati beberapa saat penis itu sudah kembali menegang. "kamu nakal ya udah gaceng lagi." ujar ku menggodanya "gimana gak gaceng teh orang di jilatin tititku ama teteh." jawabnya dengan muka yang memerah tapi sepertinya dia mulai menikmati jilatanku pada penisnya. "kamu boleh ko ngentotin teteh kalo emang sange." tantangku pada anak ini agar dia semakin berani dan tidak sok alim lagi. tanpa menjawab dia menarik penisnya dan berjalan ke belakangku lalu tanpa pemanasan lagi dia memelukku dari belakang. "teteh aku sange... ahhh..." dia meracau sambil mencdoba memasukkan penisnya ke dalam vaginaku. waktu itu vaginaku memang sudah sangat basah jadi mudah saja bagi penis perjaka seperti bocah ini memasukinya. "bleshhh.." penis itu pun masuk ke dalam vaginaku. saat anak yang ada di belakangku ini menyetubuhiku 2 anak yang tadi menyetubuhiku memegangi temannya dan menelanjangi temannya lalu setelah penisnya yang juga berukuran kecil itu bebas bergelantungan mereka menyeret temannya ke arahku dan memposisikan penis temannya tepat di wajahku. "ehhh kalian mau ngapain?" tanya temannya mulai panik. aku tau apa tugasku saat di suguhi penis di depan mukaku dan tanpa di perintah aku mencium penis itu dan menjilati penis yang masih setengah tegang itu. "ahhh... crot..crot..crot..crot.." sementara itu anak yang menyetubuhiku sudah kewalahan rupanya lalu tumbang setelah menembakan spermanya di dalam vaginaku. aku terus melanjutkan tugas ku setelah sempat berhenti sejenak karena merasakan kehangat sperma yang mengalir di vaginaku. aku jilati penis berukuran kecil yang ada di hadapanku itu dan penis itu sekarang sudah tegang sempurna meski ukurannya tetap kecil tapi sangat keras saat ku sentuh. ku hisap dan ku emut penis itu dalam mulutku penis perjaka yang sangat hangat bahkan membuatku menjadi semakin terangsang hanya dengan menjilati dan menghisap penis itu. setelah 3 menit aku menghisap dan menjilati penis tersebut dengan lembut dan mesra aku merasakan penis itu mulai bergetar pertanda pemiliknya hampiur mencapai puncak aku pun menghisap penis itu semakin lahap dah "ahhh crot...crot..crot..." penis itu pun menyembur deras didalam mulutku. "enak bener lu ye ngecrot di mulut cewek makanya jangan sok alim jadi enak kan lu mir. lu juga budi akhirnya ngentotin neh cewek juga kan." anak itu meledek temannya yang sedang lemas karena habis mencapai puncak. "teh sekarang untuk penutupan kita-kita kepinggir kali sebari mandi?" ujar joko bocah yang tadi menodongku dengan pisau. "boleh aja teteh juga belum mandi neh sekalian dah teteh mandiin kalian" jawabku lemas. "Wah beneran neh teh? Kalo gitu kita ke kali sekarang tapi teteh yang kudu kerja sebagai pelayan buat nyabulin kita2 pengen tw saya rasa'a dicabulin ma cewe." ujar anak itu terus terang. Aku langsung mengiyakan permintaan'a kami pun mandi dikali aku sengaja menggunakan tanktop dan cdku agar makin terlihat sexy. Saat sampai dikali joko dan teman'a yang entah siapa nama'a itu melepas semua pakaian mereka dan langsung nyebur kesungai aku pun segera menyusul mereka meski sungai ini cukup lebar tapi kami lebih memilih tempat dibalik bebatuan. Agar tidak ada yang melihat kami. Jujur baru kali ini aku disuruh mencabuli laki-laki jadi pertma'a agak bingung. Tapi mereka dengan santai bersandar dibatu menungguku untuk memulai mencabuli mereka.aku pun mencoba sebisaku untuk mencabuli kedua abg ini. "de joko boleh gak teteh pegang anu kamu?" aku pun mulai merayu dengan kata2 yang merangsang. "eh tapi gak boleh teh entar kalo di pegang bisa ngegigit anu saya mah." ujar'a memancingku. "gapapa teteh suka ko digigit ma yang beginian." ujarku lagi pada'a sambil meraih penis'a yang mulai menegang dan aku mulai mengocok penis itu.Aku terus mengocok sambil beberapa kali mengoral penis'a dengan mulutku. Anak ini terlihat sangat menikmati perlakuanku pada kemaluan'a. "ah... Teteh doyang kontol ya? Ko kontol saya teteh emut terus." ujar'a sambil mendesah. "iya teteh emang doyan kontol apa lagi peju'a." ujarku sambil menjilat penis joko. Lalu ku oral penis itu dengan mulutku karena sensasi dingin dipinggir sungai sangat mendukung aq jadi makin terangsang meski tak disentuh oleh mereka ber 4. "ah... Crot... Crot.... Crot... Teteh tuh peju buat teteh." racau'a setelah orgasme aku pun menelan sperma itu dan membersihkan penis joko dengan lidahku. "nah ko lu kan udah sekarng giliran gw." ujar teman'a yang kurus "ok u apain ge tu lonte sal. Nurutko kalo lu kasih peju dy doyan banget peju soal'a." kata2 joko membuat wajahku panas karena malu. Malu karena kenyataan'a aq sekarang jadi doyan sperma. Tidak hanya mereka dan anak2 smp yang memperbudakku tapi juga sperma adik ku dan teman-teman'a sudah pernah kucicipi. Lalu anak ini mulai memelukku. "gw pengen liat muka cewe kolo lagi sange kaya ap." ujar'a sambil menggrepeku. meski pun anak ini kurang pndai merangsangku tapi tetap saja sentuhannya terasa sangat nikmat apa lagi sentuhan pada vaginaku dan payudaraku yang sekarang bertambah besar ini. jari2nya terus bergoyang dan menari dengan nakalnya didalam kemaluanku itu sangat nikmat tapi menyiksa karena aku tak di izinkan bergerak sedikit pun olehnya. aku hanya bisa menggeliat saja saat ini di tmbah lagi aku harus berciuman dengan anak ini jadi aku tak bisa meluapkan rasa kenikmatan yang aku alami saat ini hasilnya mataku menjadi sayu bahkan aku tidak sadar kalau cd ku sudah di lepas aku taunya saat dia mulai mencoba memasukan penisnya kedalam vaginaku karena aku agak kaget dan kesadaran ku kembali meski hanya sesaat karena tak lama setelah penisnya tertancap dia mulai memompa tubuhku dan hasilnya aku pun kembali terangsang berat dan melayang. "hmmmm hmmmm..." suara ku mendesah tertahan oleh ciuman anak ini. entah sejak kapan aku mulai menyukai tubuhku dinikmati oleh anak2 ato laki2 yang lebih muda dariku karena sensasinya berbeda dengan orang yang sudah ahli. aku pun makin terbawa suasana dan mengikuti irama genjotannya tak kusangka anak ini bisa memompa tubuhku selama 20 menit dan aku pun sudah 2 x orgasme. "uh teh aku gak kuat lagi memek teteh enak banget crot...crot...crot..crot..crot..." racaunya setelah orgasme tapi aku belum orgasme yang ke 3 jadi sekarang aku masih dalam keadaan setengah terangsang karena permainannya berhenti ditengah-tengah. "nah sekarang klo teteh masih sange boleh noh nyabulin 2 temen saya yang sok alim tadi yang juga udah kebongkar kemunafikannya. teteh perkosa juga gapapa di sini di jamin gak akan ada yang liat."bisik anak ini setelah selesai menyetubuhiku. aku pun dengan sexi mulai berjalan kearah kearah dua anak yang sedang duduk terdiam setelah melihatku digarap temannya. lalu aku mendekatkan wajahku dengan wajah mereka lalu aku pegang tonjolan yang berada diselangkangan mereka rupanya mereka ber2 diam2 terangsang, aku pun mengelus-elus bendan keras itu dari luar celana bhan polos dan agak tipis yang mereka gunakan. "urgh...." mereka pun mengeluh. "teh jangan teh saya masih cape.... uh..." kata2 salah satu anak itu terputus saat aku mulai mengocok penis nya meski dia masih menggunakan pakaian lengkap tapi celananya yang agak basah dan cukup besar dan bahannya halus dan lentur jadi memudahkanku mengocok penis mereka tanpa harus melepas celana mereka. "udah deh diem kalian aku kan cuma mau kasih enak ma kalian entar aja kalo ketagihan minta tambah dasar cowok jaman sekarang. tadi aja kalian udah kenakan aku kocokin and aku emutin kontol kalian dasar muna." ujar ku kesal karena mereka mengoceh terus. aku saja yang sudah dipaksa bersetubuh dengan banyak orang pasrah aja padahal aku cewek yang dulunya di bilang alim oleh teman2ku.sekarang aku benar-benar telah berubah total menjadi cewek yang super nakal bahkan sekarang aku lah yang mencabuli dua anak ini.


"uh.. kak .... crot.. crot...crot..crot.. crot... " anak yang ku kocok penisnya itu telah keluar sebanyak 5x semburan di dalam celananya padahal tadi sudah keluar 2x tapi ternyata anak ini memiliki banyak sperma yang tersisa juga.lalu aku melepas penisnya setelah merasa orgasmenya telah selesai aku pun melepaskan penis anak itu dan mendatangi temannya yang terlihat agak gemetar. "gapapa sayang kamu bakal ke enakan ko sini." ujarku lembut padanya dan mulai mendekatinya. saat sudah cukup dekat aku pun segera menarik celana anak itu. aku pun langsung menggenggam penisnya yang ternyata sudah mengeras juga gimana gak orang di depannya ada seorang gadis dewasa bertubuh sexy tidak mengenakan apapun untuk menutupi tubuhnya. ku kocok perlahan penisnya makin mengeras. "uhhhhh... teh... enak banget..." desah anak itu lalu aku jilat penis kecil itu dari buah jakarnya sampai kepala penisnya. aku ingin menikmati penis ini lebih lama lalu ku emut penis itu di dalam mulutku "terasa sekali denyutan penis anak ini" pikirku. aku tak mau dia cepat keluar seperti tadi jadi ku keluarkan penisnya dari mulutku. lalu aku membelakangi anak itu dan menungging lalu mengarahkan vaginaku ke mukanya. "jilat donk memek kk dik" tak perlu di suruh dua kali dia langsung mejilati vaginaku dengan rakus bahkan sepertinya dia terlihat mahir karena aku pun langsung terangsang berat oleh jilatannya. "sial bisa-bisa gua yang keluar duluan kalo begini." pikirku tapi masa bodo amat toh memang orgasme yang ku cari. aku pun oragasme dengan dengan deras setelah 5 menit dijilati vaginaku dengan rakus. anak alim itu benar-benar menjadi liar akibat ulahku. aku pun dengan semangat mulai memasukan penis itu kedalam vaginaku yang sudah basah meski masih lemas akibat orgasme tadi tapi aku masih ingin merasakan penis kecil itu di dalam vaginaku karena panis kecil itu masih sangat keras. "belssss" penis itu pun masuk ke dalam vaginaku dan langsung ku goyang dengan liar yang pastinya membuat anak itu tak akan bisa bertahan lama. setelah mengalami orgasmenya anak itu pun mulai berganti posisi dan menarik tubuhku. ternyata anak alim ini sekarang sudah menjadi liar karena sekarang akulah yang akan menjadi korbannya. terbukti penisnya di dalam vaginaku tetap keras meski sudah orgasme. hari itu pun aku menjadi pemuas nafsu anak2 remaja alim yang menjadi liar akibat ulahku bahkan aku mendapatkan 3 some oleh anak2 remaja itu. tuan ku juga sudah puas karena sudah mendapat video yang dia ingin kan besok harinya kami pun bergegas kembali ke kota setelah menyerahkan video rekaman itu kepada saudaranya yang memiliki dendam pribadi pada ibu2 dari anak yang sudah menikmati tubuhku di video itu. dan tentunya setelah semua usai aku kembali kerutinitas lama di kerjain anak smp yang sudah menjadi majikanku.

from Cerita Cewek Biru | Cerita Cewek Eksibisionis dan Suka Pamer Keseksian

Cerita Eksibisionis Anita : Pengalaman Pertama Anita dan Mbak Yuyun

Sore itu, waktu masih menunjukkan pukul 15: 00, sementara itu cuaca di luar sudah terlihat agak mendung.

Entah keberapa kalinya Anita menengok ke arah jam dinding, atau ke lengan kirinya yang terbalut jam tangan emas merk terkenal. Hari itu Anita mengenakan stelan blazer berwarna hitam, di padu dengan rok span setinggi diatas lutut dengan belahan yang cukup tinggi, sehingga sesekali menampakkan pahanya yang putih mulus itu. Stelan blazer hitam yang dikenakannya begitu kontras dengan warna kulitnya yang putih mulus itu. Orang lain yang baru mengenalnya pasti tidak akan mengira bahwa wanita ini sudah mencapai usia kepala tiga dan sudah mempunyai dua orang anak. Akan tetapi garis-garis kematangan yang terlihat di wajah dan tubuhnya yang nampak anggun itu semakin menampakan pesona ibu dua anak itu.



Tubuh dengan tinggi semampai, rambutnya yang selalu dipotong sebahu, dan garis-garis kematangan di wajahnya itu memperlihatkan bahwa ia adalah seorang wanita karir, terlebih bila melihatnya saat mengenakan stelan kerjanya. Anita memang telah berkarir di perusahaan pemasaran komputer ini bertahun-tahun lamanya. Sebagai pegawai marketing, sudah tentu Anita harus selalu berpenampilan menarik.

Sehingga dengan penampilannya yang selalu menarik itu, tak terlihat bahwa usianya sudah kepala 3, sebab di beberapa bagian tubuh masih dapat mengundang mata nakal para lelaki yang bertemu dengannya. Betis, lengan, leher dan dadanya yang putih mulus itu slalu mengintip dan mengundang para lelaki untuk mencuri pandang ke arahnya. Belum lagi bila melihat buah dadanya berukuran 36c yang mencuat ke atas itu pasti akan benar-benar mengundang fantasi setiap pria yang meliriknya, dan hanya bisa membayangkan untuk meremasnya dengan lembut sambil sesekali menggigit gemas putingnya.

Kehidupan perkawinannya kurang bahagia. Saat ini adalah kedua kalinya ia membina rumah tangga setelah bercerai dengan suami pertamanya. Dan tetap saja, kali ini pun ia tidak sebahagia yang telah ia bayangkan dengan suami keduanya. Dan masalah itulah yang selalu menggantungi pikirannya. Seperti saat ini, disaat ia akan pulang kantor, menuju rumahnya. Menit-menit terakhir di kantor inilah yang selalu membuatnya teringat saat-saat ia masih belum berkeluarga dulu, saat ia dapat tak langsung pulang kerumah setelah usai jam kantor, bisa berjalan-jalan dengan teman-temannya terlebih dahulu. Ia kembali merindukan saat-saat seperti dulu.

Lima menit lagi bel tanda pulang berbunyi, dan itu artinya ia harus pulang ke rumahnya, bertemu dengan suaminya, membantu anaknya mengerjakan pekerjaan rumahnya, dan hal-hal rumah tangga lainnya. Tiba-tiba lamunannya dipecahkan oleh suara intercom kantor. Dan ia langsung mengangkatnya,

"Halo, dengan ruang marketing, Anita disini"

"Halo, Anita apakah anda ada acara dirumah? Bisakah kamu memeriksa beberapa tugas auditing yang harus saya bawa ke Jakarta besok?" jelas suara diseberang, yang tak lain adalah bosnya sendiri.

Sebenarnya ia memang sedang enggan langsung pulang kerumahnya, tetapi bukan ini yang diharapkannya. Walau begitu ia tetap tidak dapat menolak permintaan bosnya itu.

"Baiklah pak, akan segera saya ambil diruangan bapak," ujarnya menyanggupi permintaan bosnya itu.

"Tak usah kau ambil, biar nanti kuminta tolong pesuruh kantor mengantarkannya ke ruanganmu, oya, saya juga sudah meminta tolong pada Yuyun untuk membantu, sekaligus menemanimu, ok? Terima kasih banyak Anita," ujar bosnya dari seberang telepon.

"Baiklah kalau begitu, terima kasih kembali pak," jawab Anita sambil menutup intercomnya.

Tak lama kemudian ruangannya diketuk dari luar, yang ternyata tak lain adalah rekan kerjanya, Mbak Yuyun dan pesuruh kantor yang mengantarkan berkas-berkas yang harus diperiksanya. Tak lama kemudian kedua wanita itu langsung disibukkan dengan tugas mereka.

"Mbak, untung aku kau temani lho!, malas juga rasanya kalau lembur sendirian," ujar Anita disela-sela kerja mereka, "Oya, sebentar kuambilkan minum ya? Tapi mungkin cuma ada air mineral atau jus jeruk"

"Wah, kalau gitu aku mau jus jeruknya aja An, kayaknya asyik deh!" timpal Mbak Yuyun.

"Ok deh kalau gitu!" jawab Anita sambil beranjak ke kulkas kecil yang ada di ruangannya yang berada di lantai dua itu.

Tak terasa mereka sudah mengerjakan tugas itu hampir selama 1 jam. Dan tugas itu pun sudah hampir selesai.

"Ah, akhirnya beres juga ya An!?" ujar Mbak Yuyun.

"Iya nih Mbak, untung ditemanin Mbak" Balas Anita.

"Eh, tapi nggak gratis lho An!, ha.. ha.. ha.." canda Mbak Yuyun.

"Ok deh Mbak, Mbak mau apa, sup kambing Bang udin, sate kambing depan atau seafood?" tanya Anita.

"Ah, kamu ini, aku kan cuma bercanda! Jangan dimasukkin ati ah!" terang Mbak Yuyun

"Wah aku jd enggak enak nih!" lanjut Anita, "Eh, Mbak hrs cepat pulang ya? Kita ngobrol-ngobrol dulu aja yuk?"

"Mmm boleh, aku juga lagi males pulang nih," jawab Mbak Yuyun.

Akhirnya mereka pindah ke sofa tempat Anita biasa menerima tamu bisnisnya, dan mulai ngobrol tentang berbagai hal.


"Mbak, panas nggak sih?" tanya Anita sambil melepas atasan blazernya.

"Iya nih, aku juga kepanasan dari tadi, tapi nggak kerasa gara-gara serius banget ngerjain tugasnya," lanjut Mbak Yuyun sambil ikut membuka pula atasan blazernya.

Saat Mbak Yuyun membuka blazernya, mata Anita secara tak sengaja mengarah ke dalam blus yang dikenakan Mbak Yuyun. Walaupun Mbak Yuyun lebih tua beberapa tahun darinya tetapi tubuhnya benar-benar masih kencang dan montok. Garis-garis kematangan di wajahnya sekilas memperlihatkan ketegasan wanita itu, dan Anita dapat menebak, begitu pula di atas ranjang. Terlebih buah dadanya yang sepertinya berukuran 36d itu benar-benar menggoda orang untuk menatapnya.

Sesaat Mbak Yuyun membuka blazernya, terciumlah aroma parfumnya yang terasa lembut tetapi menantang, terlebih setelah tercampur dengan aroma ketiaknya dan keringat tubuhnya. Dan entah mengapa Anita merasakan sesuatu yang aneh saat ia mengalami hal ini. Perasaan aneh yang baru kali ini ia rasakan. Perasaan yang perlahan-lahan mulai ia nikmati. Membuat detak jantungnya tiba-tiba makin tak beraturan.

"Kenapa An, kok bengong gitu?" tanya Mbak Yuyun

"Eh, oh, nggak apa-apa kok Mbak, aku cuma kagum aja ama tubuh Mbak yang masih sintal banget itu," jelas Anita.

"Oh, kukira kenapa. Eh jangan-jangan kamu nafsu ya lihat aku?" selidik Mbak Yuyun sambil tersenyum nakal.

"Hah, ya ampun Mbak Yuyun nih, emang aku lesbi?" terang Anita sambil kaget, tetapi jujur saja hati kecilnya mengakuinya bahwa ia memang sedang horny saat itu.

Semakin nakal, hati kecil Anita menginginkan sesuatu yang gila dengan Mbak Yuyun.

"Abis kamu ngeliatin aku kayak gitu banget sih An!" Goda Mbak Yuyun lagi.

"Eh, tapi jujur aja, aku kok ngerasa hal yang aneh ya barusan?" ujar Anita

"Oh ya? Wah gawat nih! Coba sini kudengerin detak jantungmu, normal nggak?" tanya Mbak Yuyun sambil telinganya langsung mengarah ke arah dada Anita. Tubuh Mbak Yuyun yang semakin dekat dengan tubuh Anita membuat aroma tubuh Mbak Yuyun makin tercium oleh hidung mancung Anita.

"Wah, An, jantungmu kok nggak beraturan gitu sih detaknya? Jangan-jangan kamu emang lagi horny beneran ya?" goda Mbak Yuyun.

"Nggak tahu nih Mbak, kok tiba-tiba kayak gini, padahal aku belum pernah ngerasa gini, terlebih dengan wanita" jelas Anita lagi.

"Coba kudengerin sebelah sini" ujar Mbak Yuyun sambil menggeser telinganya ke dada Anita sebelah kanan.

Kemudian pindah ke kiri. Dan entah disengaja atau tidak, kepala Mbak Yuyun yang bergeser pindah tempat tadi menyenggol buah dada Anita yang ternyata sudah mulai mengeras putingnya, mungkin juga disebabkan karena ac diruangan itu yang dingin sekali.

"Aufhh.. Mbak! Kau apakan sih tadi," tanya Anita pada Mbak Yuyun yang masih menempelkan telinganya didada Anita.

Degup jantung Anita semakin tak beraturan, begitu pun degup jantung Mbak Yuyun. Tetapi Anita mulai menikmati hal ini jadi ia tetap membiarkan Mbak Yuyun menempelkan telinganya di dadanya, kepala Anita pun sudah mulai disandarkan di sandaran sofa, matanya pun mulai terpejam menikmati hal aneh tersebut.

Agaknya Mbak Yuyun mulai mengerti apa yang dirasakan oleh mereka berdua, dan ia tak ingin kehilangan petualangan besar ini. Telinganya masih tetap ditempelkan didada Anita, sambil sesekali digeser kekanan dan kekiri, ia menikmati perpaduan aroma tubuh Anita yang telah seharian kerja ditambah parfum lembut yang dipakai Anita. Yuyun mengangkat kepalanya untuk melihat Anita yang ternyata sedang menidurkan kepalanya pada sandaran sofa. Dan entah akibat desakan dari mana ia mulai mengikuti kata hatinya sendiri, tak peduli apakah rekan sekantornya itu akan marah, ia mempertaruhkan segalanya, sambil kemudian..

"Kresshh.. " digigitnya menggigit puting Anita yang masih terbungkus bra dan blous satinnya.

Dan kemudian diikuti teriakan kecil yang keluar dari bibir Anita.

"Oufhh.. Ssshh.. Mbakhh Yuyunnhh.. "

Mata Anita terlihat amat sayu, Mbak Yuyun menyadari pertanda itu bahwa Anita sudah sepenuhnya horny dan teramat ingin dipuaskan. Menyadari persetujuan tak langsung dari temannya itu, tanpa ragu lagi Mbak Yuyun mulai menciumi leher jenjang Anita yang putih mulus menantang itu, sambil tangannya beraksi membuka kancing-kancing blous satin Anita, tak lama kemudian, terpampanglah di depan matanya, buah dada Anita yang mencuat ke atas dan masih terbungkus bra hitam berenda yang menerawang memperlihatkan gumpalan daging putih yang terbungkus di dalamnya. Walau berukuran 36c tetapi bra itu terlihat kurang cukup membungkus gumpalan putih itu. Detak jantung Anita makin tak beraturan, sehingga buah dada putih mulus itu makin naik turun. Melihat hal ini, Yuyun pun makin bernafsu.


Akal sehat keduanya mulai tak teratur, melihat sesuatu yang menggemaskan di depan matanya ia langsung mengarahkan mulutnya ke arah buah dada Anita.

"Kresshh.."

Digigitnya lagi puting yang sudah membengkak itu tanpa membuka bungkusnya. Dipilin-pilinnya puting kanan Anita dengan giginya, sehingga antara gigitan gemas Mbak Yuyun dan renda yang membungkus dadanya itu, menimbulkan sensasi pada putingnya yang membuat raga bagian bawah Anita makin terasa lemas.

"Aaahh mbakhh.. Terusshh.. Oufh.. " bisik Anita.

Melihat hal itu, Mbak Yuyun semakin mempergencar serangannya di dada Anita. Mulutnya menggarap buah dada sebelah kanan milik Anita, dan tangan kanannya meremas-remas gumpalan putih yang sebelah kiri. Anita mulai meracau tak jelas. Bintil-bintil sekitar putingnya pun semakin membengkak.

"Mbaakhh.. Terushh mbaakhh.. Janghhannhh berhhentihh.. Aaahh sshh.. Iyaahh dihh situhh shh," racau Anita, ang makin membuat Mbak Yuyun terangsang dan mempergencar serangannya.

Menyadari temannya ingin lebih dipuaskan, tangan kiri Mbak Yuyun mulai mengarah ke bawah. Ditariknya rok span Anita hingga sebatas pinggul, dan dirabanya vagina Anita yang masih terbungkus celana dalam hitam beranda. Terasa oleh jemari Yuyun, vagina Anita sudah amat basah. Tangan Mbak Yuyun mulai mengelus-mengelus jahitan pinggir bagian vagina celana dalam Anita, dirabanya naik turun, ke depan, ke belakang. Terus hingga Anita makin mengelinjang tak karuan. Tangan Anita mulai menjambaki rambut Mbak Yuyun, dan menariknya agar pindah dari buah dadanya untuk segera mengerjai daerah kemaluannya yang semakin terasa gatal itu.

"Mbaakhh cepat mbakhh.. Auh shh.." racau Anita makin liar.

Mbak Yuyun makin menyadari bahwa Anita ingin lebih dipuaskan, tetapi ia tetap menjaga tempo permainan untuk tetap mempermainkan nafsu Anita, ia tak langsung menggeser mulutnya ke arah vagina Anita, melainkan menciumi perut dan menghisap-hisap pusar Anita terlebih dahulu, dan ini semakin membakar gairah dan memancing teriakan Anita. Mbak Yuyun sendiri benar-benar makin tak kuasa menahan nafsunya untuk diri sendiri, tetapi ia ingin memuaskan Anita terlebih dahulu.

Kemudian Mbak Yuyun mengambil ancang-ancang berdiri dari sofa, lalu melucuti semua pakaiannya kecuali bra dan celana dalamnya yang berwarna merah maroon penuh renda, kontras dengan kulitnya yang kuning langsat. Melihat hal itu Anita langsung bangun dan mulai menciumi daerah kewanitaan milik Mbak Yuyun, sambil tangannya menggosok-gosok vaginanya sendiri.


"Ah rupanya kamu sudah nggak sabar ya sayang?" tanya Mbak Yuyun sambil berjongkok dan mencium lembut bibir Anita, kemudian dibalas oleh Anita dengan lumatan yang teramat dalam dan penuh nafsu.

Mbak Yuyun mendorong Anita lagi ke sofanya, kemudian melucuti pakaian Anita, termasuk celana dalamnya sehingga wanita dihadapannya itu tinggal mengenakan bra hitam berendanya. Kemudian ia mengangkat kedua kaki Anita, dan diletakkan di atas bahunya. Mbak Yuyun mulai mengarah ke arah vagina milik Anita, dan tanpa disangka, Anita langsung menjambak rambut Mbak Yuyun, dan menarik kepalanya, mengarahkan ke arah vaginanya sambil ia mengayunkan belahan pahanya tepat ke Yuyun itu dan.. Blesshh..

--

Terbenamlah wajah Mbak Yuyun diantara alat kewanitaan Anita yang ditumbuhi bulu rambut halus yang lebat, terpangkas rapi dan beraroma lembut. Digoyangkannya oleh Anita, pinggul dan jambakan pada rambut Mbak Yuyun, diikuti teriakan kecil dari bibirnya yang seksi.


Mbak Yuyun pun tak mau kalah, ia menjilati semua relung kewanitaan Anita, dan tercium olehnya wangi khas lembab dari dalam kemaluan Anita. Ia semakin menikmati hal ini, dijilatinya, diciuminya, digigitinya labium mayora milik Anita, sambil sesekali lidahnya mengusap ke arah dalam vagina Anita, diikuti lenguhan kenikmatan Anita.


"Ghhaahh.. Iyahh.. Iyahh.. Sshh terusshh sshaayyaangghh.." erang Anita


Lidah Mbak Yuyun terus beraksi memuaskan nafsu Anita, tangan kirinya meremasi payudara Anita yang masih dibiarkan terbungkus bra hitam berendanya, sedangkan tangan kanannya ikut menggarap vagina dan lubang anus Anita. Dikeluar masukkannya jari telunjuk dan jari tengahnya, sambil sesekali ditambahi jari manisnya, kemudian diusapkannya jarinya yang berlumuran lendir kewanitaan itu ke mulut Anita, yang langsung dijilati dan dikulum dengan penuh nafsu oleh Anita.


Anita benar-benar dimanjakan oleh Mbak Yuyun, ia benar-benar menikmati hal baru ini seakan-akan tak ingin mengakhirinya. Tangannya terus menjambaki rambut Mbak Yuyun, sambil meremas-remas payudara dan memilin putingnya sendiri, dan sesekali ikut serta membantu Mbak Yuyun mengocok vaginanya sendiri. Mereka benar-benar sudah tak mempedulikan lagi siapa atasan atau bawahan.

Giliran Anita memuaskan Mbak Yuyun, ia turun dari sofanya sambil mendorong tubuh Mbak Yuyun agar terlentang dilantai. Dinginnya lantai itu makin menambah sensasi pada keduanya. Anita menciumi tubuh Mbak Yuyun dari mulai ujung kaki sampai ujung rambut. Mbak Yuyun sendiri dengan tak sabar menarik bra Anita hingga keduanya pun akhirnya telanjang bulat, tanpa sehelai benang pun. Sesekali mereka berciuman dengan begitu nafsunya.

Anita bangun dan berputar, kemudian menciumi yuyun mulai dari kepala, terus turun, hingga bagian kewanitaannya. Sampai akhirnya mereka membentuk posisi 69, dengan Anita di bagian atas Mbak Yuyun. Paha mulus Anita mengangkangi wajah Mbak Yuyun dan langsung menindihnya yang langsung disambut lagi oleh Mbak Yuyun dengan lumatan dan gigitannya pada semua bagian vagina Anita. Begitu pun Anita, ia menjilati, menciumi dan menggigiti vagina Mbak Yuyun yang juga ditumbuhi bulu yang lebat dengan penuh nafsu. Ia ingin membalas semua perlakuan Mbak Yuyun terhadap dirinya, ia ingin memuaskan dan dipuaskan. Mereka terus bergumul dalam posisi itu sampai kira-kira 10 menit lamanya hingga wajah mereka dilumuri cairan dan bau khas dari vagina lawan mainnya.

Kemudian mereka berganti letak, Anita kali ini berada di bawah dan mereka tetap melakukan posisi itu. Tak lama kemudian, Mbak Yuyun berjongkok, dengan vaginanya masih menempel pada mulut dan wajah Anita, ia mengambil posisi berjongkok sambil menekan-nekankan vagina dan anusnya pada mulut dan hidung Anita. Kedua wanita dewasa itu begitu menikmati permainan mereka. Sampai tak lama kemudian Mbak Yuyun berkata..

"An aku ingin kencing nih! Aku ke toilet dulu ya?" ujarnya.

"Ah, tanggung Mbak, sudah cuek aja, kencingi aja mukaku, aku ingin ngerasain air kencing Mbak langsung dari tempatnya!" pinta Anita penuh nafsu.

"Oh ya, ok deh klo kmu enggak keberatan," jawab Mbak Yuyun.

Lalu.. Ssseerr keluarlah air kencing Mbak Yuyun dari vaginanya, tepat di wajah Anita. Mereka makin menikmati hal ini. Anita menciumi kemaluan Mbak Yuyun saat mengeluarkan air kencing, sambil sesekali jari dan lidahnya yang nakal ditusukkan langsung ke dalam vagina Mbak Yuyun. Mbak Yuyun pun merasakan sensasi yang nikmat saat Anita melakukan hal itu. Setelah itu Mbak Yuyun bangun, dan langsung menindih Anita sambil menciuminya, mencari sisa-sisa air kencing dan lendir kewanitaan miliknya yang melumuri wajah Anita. Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh bunyi handphone milik Mbak Yuyun.

"Sebentar ya An, mungkin orang rumah kuatir," ujarnya.

"Halo, ya disini Yuyun.. Oh kamu, dimana nih? Mbak sudah nunggu kamu dari kemarin," ujar Mbak Yuyun pada peneleponnya.

Melihat Mbak Yuyun sedang serius begitu, Anita langsung mendorong tubuh Mbak Yuyun agar menyandar sedikit menungging di sofa, sedangkan tubuhnya tetap bertumpu pada lututnya dilantai. Kemudian ia mengangkangkan kaki Mbak Yuyun lebar-lebar, dan langsung membenamkan wajahnya lagi, menyerang vagina dan anus Mbak Yuyun dari arah belakang sementara Mbak Yuyun terus berbicara dengan temannya ditelepon. Otomatis perbuatan Anita ini membuat nada bicara Mbak Yuyun menjadi aneh karena kadang agak tertahan dan mendesah-desah.



Tak lama kemudian Mbak Yuyun menutup handphonenya dan membalik ke arah Anita sambil berkata, "Nakal ya kamu, tunggu sebentar ya, aku punya surprise buat kamu!"

Dan hal ini membuat bingung Anita. Mereka kemudian langsung melanjutkan permainan mereka. Kali ini mereka tetap melakukan posisi 69, tetapi dengan tempo yang lebih santai dengan Anita kembali berada diatas tubuh sintal Mbak Yuyun.

Anita benar-benar menikmati permainan ini sampai-sampai ia tidak menyadari bahwa ada seorang pria masuk keruangannya sambil melucuti pakaiannya dan kemudian menonton kedua wanita itu selama beberapa saat sambil melakukan masturbasi. Anita yang memang membelakangi pintu benar-benar tidak menyadari bahwa ia sedang ditonton oleh lelaki lain selain kedua suaminya yang pernah melihatnya tanpa busana.

Sampai suatu ketika, ia dikejutkan oleh adanya tangan lain yang memegang pinggulnya yang sedang menindihi wajah Mbak Yuyun, dan langsung merasa ada sesuatu yang panas menempel di vaginanya. Belum habis rasa kagetnya dan belum sepenuhnya ia menyadari bahwa diruangan itu ada orang asing, ia merasakan ada sesuatu yang seret, besar, dan panas, melesak mendesak masuk ke dalam lubang kewanitaannya.

Bllesshh..

Ia pun terkejut setengah mati karena tak menyangka hal itu, terutama saat ia menengok ke belakang dan melihat ada seoarang lelaki muda tengah memegangi pinggulnya dan mengayun menekan kejantanannya melesak masuk ke dalam vagina milik Anita. Tetapi Mbak Yuyun langsung menenangkannya bahwa pria itu adalah temannya yang tadi menelponnya, sambil posisi Mbak Yuyun tetap berada dibawah Anita.


Segalanya sudah kepalang tanggung, Anita langsung melenguh dan makin mengayun-ayunkan pinggulnya, menggeser naik pantatnya membentuk posisi doggie style. Membiarkan dirinya dijadikan budak seks pria yang tak dikenalnya itu. Mbak Yuyun bangun dan menciumi bibir Anita yang tengah dilanda kenikmatan itu.


"Ghhii.. laa kamuu MBHaakk.. ouff.. oughh.." racau Anita terpatah-patah.

"Tapi kamu suka kan sayang? Hmm?" tanya Mbak Yuyun sambil mengecup bibir Anita.

"Hhoo.. Ooohh.. Sshh.." jawab Anita, "Konthh.. Thollnyahh ghedhhe BHang.. Ngethh mmbakhh.. Mhass.. Kkuu aajjaa kallahh.. Aufhh," teriak Anita sambil menahan nafasnya.

"Wow, cocok dong sayang?" sambung Mbak Yuyun, "Terus kerjain temanku ini ya To! Turutin apa maunya!" sambungnya pada temannya itu.

"Siip dehh Mbakkhh.. Mhe.. Mekkhhnyahh khenyall bangethh!" balas Anto sambil terus mengayun Anita dari belakang.

"Wah, padahal sudah punya kelewatan bayi dua kali tuh, hebat kamu An!" sambung Mbak Yuyun sambil mengambil posisi mengangkang di depan Anita dengan vaginanya yang diarahkan ke mulut Anita, dan tanpa diperintah lagi. Anita langsung meraup kenikmatan yang terpampang di depan matanya.

Blesshh..

Lumatlah wajah Anita di antara selangkangan Mbak Yuyun yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu. Anita langsung menciumi liang kewanitaan itu, dilumatnya, dikecupnya, dihisapnya, digigitinya gumpalan daging yang dilumuri lendir kenikmatan pemiliknya itu. Anita terus beraksi mengerjai vagina Mbak Yuyun sambil terus terayun-ayun oleh tubuh kekar Anto yang terus menggarapnya dari belakang. Sesekali ia meracau, sambil menggigiti bibirnya sendiri. Dikeluar masukkannya lidahnya ke dalam vagina Mbak yuyun, sehingga membuat Mbak Yuyun merem melek tak karuan hingga terkadang bola matanya seakan hendak berputar ke belakang.

"Ayoh To, iyahh teruss shh.." racau Anita.


Anto pun tak kalah sibuknya, ia terus menggoyangkan pinggul dan kontolnya yang besar itu, dihujamkannya keluar masuk vagina Anita yang semakin lama smakin becek oleh lendir kewanitaannya sehingga menimbulkan suara decak dan mengeluarkan harum yang khas setiap kali Anto mengayunkan pinggulnya.

Crot, crot, crot.. Anto terus mengayunkan pinggulnya, mengeluar-masukan kontolnya yang tegang itu pada liang kenikmatan Anita.

"To, aku ingin ganti posisi nihh!" ujar Anita pada Anto.

"Ok deh Mbak" Jawab Anto.

"Wah, Anita sudah mulai nakal nih! Tapi cepetan ya, aku lagi tanggung nih!" Goda Mbak Yuyun.

Anita pun menghentikan aktivitasnya mengerjai vagina Mbak Yuyun, ia berdiri dan mendorong tubuh Anto agar tidur telentang. Mbak Yuyun langsung menciumi bibir Anita dan Anto secara bergantian. Tak lama, Anita langsung menggenggam kontol Anto yang tak tegak menantang itu, diciuminya, dijilatinya, dikulumnya kontol itu dengan penuh nafsu, digigitinya pula urat-urat yang menegang di pinggiran kontol itu dengan penuh rasa gemas, sampai-sampai Anto meringis kesakitan. Dinikmatinya lendir kewanitaan yang melekat dikontol Anto yang berasal dari memeknya sendiri itu. Anita begitu menikmatinya.



Yang dilakukan Anita ini dilihat oleh Mbak Yuyun, sehingga menimbulkan gejolak nafsunya, mendesak untuk melakukannya lebih gila lagi. Mbak Yuyun langsung mengambil posisi 69 dengan Anto, ia menindih tubuh kekar Anto dengan brutalnya, di tekannya wajah Anto dengan memeknya yang juga menginginkan untuk dikerjai Anto. Sementara itu bibirnya berbagi dengan bibir Anita saling melumat dan menjilati kontol Anto yang dilumuri lendir kewanitaan dari vagina Anita. Wajah Anto melesak diantara jepitan selangkangan Mbak Yuyun. Dan pria itu benar benar menikmati permainan ini. Diciuminya vagina Mbak Yuyun, dijilatinya pula lubang anus yang letaknya tak jauh dari liang kenikmatan itu dengan sekali sapuan. Mbak Yuyun mengerang tak jelas sambil sesekali menjambak rambut Anita untuk menciumi bibirnya.

Giliran Anita, melihat temannya meracau tak tentu seperti itu, nafsunya makin terbakar. Lendir kewanitaannya semakin membanjir. Ia pun mendorong tubuh Mbak Yuyun yang sedang melakukan posisi 69 agar menjongkoki wajah Anto, kemudian Anita berjongkok tepat diatas kontol Anto yang mengacung-acung ingin segera mengerjai vagina kedua pasangan mainnya itu. Lalu.. Blesshh.. Melesaklah kontol Anto ke dalam vagina Anita yang menjongkokinya dengan penuh perasaan.

Kali ini Anitalah yang memegang kendali. Ia terus mengayun pinggulnya sambil jongkok, mengeluar masukkan kontol Anto dari memeknya. Ditekan-tekannya pinggulnya agar kontol Anto semakin melesak masuk ke dalam rahimnya. Sesekali Anita berteriak sejadi-jadinya setiap kontol besar dan panjang itu mentok di dalam memeknya. Begitu pun Anto, ia begitu menikmati setiap relung lubang kenikmatan milik Anita. Karena walaupun sudah punya anak dua, vagina itu masih terasa kencang. Terutama saat sesekali Anita mengencangkan urat memeknya untuk menjepit-jepit kontol Anto yang sedang bermain di dalamnya.

Vagina itu berdenyut-denyut dengan lembutnya sehingga saat kontol Anto yang juga berdenyut-denyut berada di dalamnya, maka keduanya akan merasakan sensasi yang luar biasa nikmatnya. Untunglah ruangan itu dibuat kedap suara sehingga mereka tak perlu kuatir bila ada orang lain yang mendengar teriakan mereka. Lagipula karena jam kantor sudah lewat, tak ada orang lain selain mereka dan satpam yang berjaga di depan kantor itu.


"Aaahh.. Aaahh.. Ssshh.. Aahh Thhoo.. Akkuu ghhaakk kkuattss.. Ghhaahh oouuffhh.." teriak Anita sambil meremasi payudaranya sendiri.

Kemudian ia menarik wajah Mbak Yuyun yang sedang merem melek, menjongkoki wajah Anto. Kedua wanita yang sedang di ayun kenikmatan itu pun saling melumat, menjambak dan saling memegang lendir dari memeknya masing-masing kemudian disuapkannya satu sama lain.

--

Anto pun semakin tak kuat menahan sesuatu yang ingin segera meledak dari dalam kontolnya tetapi ia belum ingin mengakhiri permainan itu Anita terus meracau tak jelas, menjepit kontol Anto dengan sekuat tenaga. Di paksanya agar tak segera mencapai orgasme, sampai akhirnya ia tak kuat lagi menahan sesuatu untuk segera meledak dari dalam liang kewanitaannya. Anita pun berteriak..

"Thhoo.. Akhuu uudhhaahh mauhh nihh.. Ahh.. Ahh.. Ahh.. Terusshh sayang.. Ggghhaahh.." teriak Anita gila-gilaan sambil menciumi leher Mbak Yuyun dan menyedot kuat-kuat puting Mbak Yuyun. Melihat temannya yang makin menggila, Mbak Yuyun segera mengambil inisiatif untuk mambalas ciuman Anita pada wajah, bibir, leher dan payudara serta puting Anita agar temannya itu segera memperoleh kepuasan tiada tara.

"Aaahh mhbbaakk.. Akkuu ghahhkk kkuuatthh.. Laghiihh.." racau Anita.

Melihat hal itu, Anto makin mempergencar goyangannya sambil mengimbangi goyangan Anita. Diremasnya bokong Anita sambil ia terus menjilati vagina Mbak Yuyun. Terus mengayun, berharap agar ia pun mendapatkan orgasmenya bersama-sama dengan Anita.

"MbBHaakk.. Akkuu jjuuggaa maauhh keluarr nihh, ghimanahh dhonghh?" tanya Anto.

"Ooohh yahh terushh sayang.. Kita keluarkhhann barenghh.. Keluarr khhaann sajjaa dii dallamm memekk kkuuhh.., chepatthh thhoo!! Hhhaammillii ahkkuuhh ssayyangnghh.. Aaahh" racau Anita mempersetankan semuanya sambil tiba-tiba mengejang, menggila dan tak lama kemudian..

Chhrrotss..


Keluarlah lendir kenikmatan dari vagina Anita yang semakin memperlicin keluar masuknya kontol Anto di dalamnya, ia langsung menekan lebih dalam, agar kontol anto makin mentok masuk ke dalam memeknya. Begitu pun anto, merasakan sesuatu yang panas keluar dari dalam vagina Anita, ia menikmati sensasi itu, sampai akhirnya..

Chhrroott..

Sampailah ia pada orgasmenya. Lima kali kontolnya mengeluarkan lahar panas yang kental ke dalam vagina Anita, sampai-sampai cairan-cairan itu membeludak keluar dari vagina Anita. Anto dan Anita pun terkulai lemas. Dengan tetap berada pada posisi mereka masing-masing. Anita begitu menikmati sensasi saat Anto mengeluarkan maninya di dalam memeknya. Begitu panasnya. Ia pun merasakan denyut dari kontol anto dan memeknya yang saling menekan. Dan tiba-tiba untuk kedua kalinya Anita merasa memeknya kembali mengejang dan berdenyut keras lagi.

"Ggghhaahh.."teriak Anita

Crotthh..

Rupanya untuk kedua kalinya, keluarlah lendir kenikmatan dari dalam vagina Anita. Ia mendapatkan multy orgasme, hal yang balum pernah ia rasakan saat ia bercinta dengan kedua suaminya. Dan ia amat menikmati hal ini sampai-sampai tubuhnya yang masih menyatu raga bagian bawahnya itu, melenting, matanya terbelalak hingga bola matanya nyaris berputar. Anto pun menikmati sensasi ini, ia menyadari rupanya Anita termasuk wanita yang nafsunya besar sekali.


"Wahh An, aku jadi ngiri nih.." ujar Yuyun sambil bangun dari posisinya menjongkoki wajah Anto.

Kemudian ia bergegas menciumi kontol Anto dan vagina Anita yang masih saling menyatu itu. Dijilatinya lendir yang menggenang itu, direguknya, dikumur-kumurkannya, lalu ia bangun, menahan leher Anita yang masih menikmati sisa-sisa orgasmenya, lalu Yuyun pun mencium Anita sambil meludahkan lendir yang dikulumnya.



Glekkhh.. Lendir yang disuapkan oleh Yuyun itu langsung ditelan habis oleh Anita, dengan sebagian yang masih meleleh mengalir keluar dari bibirnya. Pemandangan itu membuat Anto kembali dilecut nafsu. Ia pun bangun, kemudian menciumi bibir Anita, meminta bagian dari lendir kenikmatan yang telah meraka ciptakan itu. Kemudian dengan berhati-hati ia pun mencabut kontolnya yang sedari tadi masih dibiarkan menancap dalam vagina Anita sambil diikuti erangan halus dari mulut Anita.

"Ahh Thoo.."

Rupanya kontol Anto masih tegak menantang ingin dipuaskan lebih jauh. Anto pun berdiri sambil menarik tubuh Yuyun, Mereka pun berhadapan kemudian Anto mengangkat tubuh Yuyun yang memang lebih kecil darinya. Ditahannya kaki Yuyun dengan tangannya sampai mengangkang begitu lebarnya. Kemudian.. Bless..

"ahh.. Hhheebbatthh kkammuhh sayanghh.."

Melesaklah kontol Anto ke dalam vagina Yuyun, diikuti erangan manis dari mulut yuyun.

"Terusshh Shhayaanghh.." Anto langsung mengayunkan tubuh Yuyun yang mungil itu sampai wanita itu berteriak-teriak dan memukuli punggung Anto. Begitu bahagianya wanita itu karena mendapatkan apa yang sedari tadi ia dambakan. Decak-decak becek yang dihasilkan dari vagina Yuyun dan kontol Anto yang terus saling merenggut itu kembali memenuhi seluruh ruangan kerja Anita.


Sementara itu Anita masih menikmati sisa-sisa orgasmenya tadi, dan hanya tidur mengangkang, tak henti-hentinya memainkan 4 jari tangan kanannya keluar masuk memeknya, sambil menonton kedua temannya itu bercumbu. Yuyun makin meracau tak jelas, begitu pun Anto. Ia terus menunjukkan kejantanannya pada wanita itu. teriakan Yuyun pun tak kalah dengan teriakan Anita tadi, ia juga mempersetankan segalanya.

"Terushh thoo.. Hhhaammiillii akkuuhh sayanghh.. Ohh yahh," teriak Yuyun sambil terus mendekap tubuh anto yang tengah sibuk mengayun-ayunkan tubuh mungilnya itu. Sesekali mereka saling memagut, melumat satu sama lain bibir pasangannya.

Setelah melakukan posisi itu beberapa menit, Anto menggeser posisinya dengan tak melepas tubuh Yuyun yang masih menyatu dengannya. Ia mengarah ke meja kerja Anita. Disana ia menidurkan Yuyun diatas meja, kemudian tanpa melepaskan kontolnya, ia mengatur kaki Yuyun dengan menyilangkannya. Dengan posisi ini tentunya jepitan yang dihasilkan oleh vagina Yuyun makin menjepit. Sehingga membuat Yuyun makin merasa terbang keawang-awang, oleh ayunan Anto.

Crott, crott, croott.. Blesshh..

Ayunan demi ayunan di lakukan oleh Anto sambil meremas-remas payudara Yuyun yang juga ikut terayun-ayun itu. Begitu pun Yuyun, sambil terlentang diatas meja ia meremasi sendiri payudaranya, memilin-milin putingnya sendiri. Sambil terus meracau tak tentu.



Setelah puas dengan posisi itu, Yuyun memutar tubuhnya menghadap tengkurap diatas meja dengan kaki kiri menjejak di lantai dan kaki kananya naik di atas meja. Gaya ini disukai Anto karena seperti gaya doggie style, ia dapat mengerjai vagina Yuyun dengan kontolnya dan menusuk-nusuk lubang anus Yuyun dengan jarinya. Dan hal ini makin membuat Yuyun tak sadarkan diri dan menggila.

"Auffhh.. Auffhh.. Oohh.. Terusshh Thoo, puasskkaann dirimuhh.. Thoo!" teriak Yuyun.

"Ah, Mbak suka gaya ini?? ahh shh.." balas Anto.

"Ahh ssebbenntarr laggihh Thoo!" racau Yuyun yang kelihatannya tak lama lagi akan mendapatkan orgasmenya.

"Akuhh jugahh mBHakkhh.." timpal Anto.



Mendengar kedua temannya akan segera meledak, Anita bangkit dari posisinya, kemudian mengarah ke arah pantat Anto. Lalu diciuminya lubang anus Anto, dimainkannya lidahnya keluar masuk lubang pembuangan itu. Kemudian ia berpindah ke sebelah Yuyun, dan mengambil posisi duduk mengangkang diatas mejanya dengan wajah yuyun tepat menghadap di depan vagina Anita, lalu dijambaknya rambut Yuyun agar mulutnya segera beraksi menjilati memeknya.

Blesshh.. Melesaklah wajah Yuyun diantara selangkangan Anita. Dengan berpegangan pada pinggiran meja, Anita menikmati kenakalan bibir Yuyun yang sibuk menjilati memeknya.

"Aaahh.. Aaahh.. MBHakkhh.." teriak Anita.

"Kau sukkaahh iinniihh haahh??" tanya Yuyun pada Anita.

"Iyyaahh mBHakkhh.. Terusshh mbakhh.." Pinta Anita.


Melihat hal itu, Anto makin tak kuat menahan ledakan ronde keduanya, di percepat goyangannya pada vagina Yuyun, sehingga Yuyun menyadari bahwa Anto sudah akan mencapai puncaknya. Sambil menjilati vagina Anita, dan berpegangan pada pinggiran meja, ia mempercepat goyangannya sambil memperkuat jepitan memeknya.

"Aahh yahh terushh Thoo.. Keluarr khann di dalamm aja sayaangg..!" teriak Yuyun.

"Iyaah mbaak.. Sbentarr lagihh, ahh"



Crott, crott meledaklah air mani putih kental dari dalam kontol Anto. Menyembur panasnya. Muncrat terus sampai 4 kali banyaknya.

Merasakan sensasi luar biasa memenuhi relung-relung memeknya, Yuyun pun tak kuasa menahan sesuatu yang bergejolak dalam dirinya, dan ia pun menekankan selangkangannya pada kontol Anto yang langsung disambut dengan kontol Anto yang juga menghujamkan dalam-dalam ke dalam vagina Yuyun, sampai kemudian..


Bless crrott croott..

5 kali lendir kenikmatan menyembur dari dalam vagina Yuyun diikuti teriakan liar Yuyun sambil menghujamkan dalam-dalam wajahnya di antara selangkangan Anita.

Blesshh..

"Aaahh.. Ahh.. Ahh.. Ghhiila kauu Thoo!!" teriak Yuyun menggila tanpa melepaskan memeknya dari kontol Anto.

Begitu juga Anita, melihat Yuyun menggila seperti itu, ia langsung memanfaatkannya dengan menekankan wajah Yuyun lebih melesak ke dalam selangkangan Anita.

"Ooohh.. Ssshh" lirih Anita.

Setelah puas, Anto mencabut kontolnya dari dalam vagina Yuyun, dan langsung menjambak rambut kedua wanita itu dengan kedua tangannya, kemudian didekatkannya kedua wajah itu agar saling berciuman dan saling menjilati wajah masing-masing yang dilumuri lendir kenikmatan. Kemudian ditariknya wajah Anita dan Yuyun mendekatinya dan diciuminya keduanya bergantian. Sambil menikmati sisa-sisa orgasmenya.



"Makasih ya sayang.. Kau benar-benar hebat!" ujar Anita pada Anto.

"Mbak juga!" balas anto sambil kemudian langsung melumat dalam-dalam bibir Anita.



Melihat temannya puas, Yuyun tersenyum lega lalu berkata pada Anita, "Kamu kapan-kapan bisa call Anto kok kalau ingin! Pokoke aku sudah ngenalin ha.. ha.. ha.."

"Waah, aku benar-benar puas Mbak.. Aku bakal rajin lembur nih! Or ngelemburkan diri! Ha.." balas Anita sambil mengerlingkan matanya.

"Satu hal lagi sayang, mulai sekarang jangan panggil aku Mbak, panggil aja namaku or sayang, ok?" pinta Yuyun sambil mengecup lembut bibir Anita.

"Ok Sayang.. Anyhing for you!" jawab Anita sambil membalas bibir Yuyun dengan lumatan lembut.

"Mbak, aku pulang dulu ya, soalnya sudah janjian mau ketempat cewekku," sambung Anto.

"Wah, kamu masih kurang To?" goda Anita.

"Apa jangan-jangan Mbak Anita yang masih kurang nih? Aku masih kuat begitu kok, mau berapa ronde lagi sih?" tantang Anto.

"Wah.. Benernya aku masih ingin banget tapi, kayaknya sudah malem banget deh, ntar Mas-ku curiga," ujar Anita sambil melirik ke arah jam dinding.



"Ah, tapi persetan lah!" Rupanya Anita masih sedikit ingin dipuaskan lagi. Ia langsung mengambil posisi nungging, sambil meminta Anto untuk melakukan sex anal kepadanya.

"Mmmhh, kamu mau khan, sex anal To? Aku belum pernah nih! Suamiku nggak pernah mau" pinta Anita.

"Ya ampun, kamu belum puas ya An?" tanya Yuyun, yang baru saja hendak mengenakan lagi celana dalamnya.

"Iya nih Mbak.." Jawab Anita.

"Ok Sayang!" jawab Anto sambil memegangi kontolnya yang masih tegak menantang, padahal baru saja mencapai orgasme. Dipeganginya pinggul Anita sambil menekan-nekankan kontolnya pada lubang anus Anita.



Kemudian.. Blleesshh..



Lubang itu memang terasa sangat seret, karena memang belum pernah dimasuki kontol.



"Naikkan sedikit pantatmu Mbak.." pinta Anto, "Aaahh.. Iiyyaahh begituhh.."



Anita mulai merem melek kembali, menikmati setiap rojokan dalam lubang anusnya itu.



"Nikkmmaathh Sayanghh.."



Melihat hal ini Yuyun kembali melepas celana dalamnya yang baru ia pakai sampai lutut, kemudian mengangkan di hadapan wajah Anita, menyodorkan memeknya yang masih tercium aroma lendir kenikmatannya. Anita langsung menciumi dan menjilati vagina itu sehingga Yuyun langsung merem melek lagi dibuatnya.



Permainan Anto di dalam anus Anto kira-kira 10 menit lamanya, dan Anita amat menikmati permainan barunya ini. Sensasi yang dirasakannya jauh dari yang dibayangkannya selama ini. Begitu nikmatnya. Bukan hanya anusnya saja yang merasakan nikmat, tetapi otot-otot di dalam memeknya kembali berdenyut-denyut nikmat.



Anto memainkan tempo yang lambat, karena kuatir pada Anita yang baru kali ini melakukan hal ini. Ia tak ingin melukai dinding anus lawan mainnya itu. Tetapi ia merasa begitru nikmat, karena dinding anus Anita masih sangat seret sehingga begitu menjepit kontolnya.



"Terusshh Thoo.. Akkuuhh mauuhh keluarr niihh.." racau Anita.



Rupanya di ronde kedua ini ia tak kuat menahan lama permainannya karena ia begitu menikmati sensasi yang dirasakannya dari hal baru ini. Tak lama kemudian Anita mulai mempercepat goyangan pinggulnya dan semakin liar bermain menjilati dan menggigiti vagina Mbak Yuyun. Sampai akhirnya..



"Aaahh.." Anita berteriak, karena otot-otot dalam memeknya berkontraksi mengejang dan melemas. Ia mendapatkan orgasme lagi. Melihat Anita makin menggila, Anto agak mempercepat tempo goyangannya, agaknya ia menjadi tak peduli lawan mainnya bisa kesakitan, tetapi yang keluar dari mulut Anita justru kebalikannya.



"Terusshh Thhoo.. Puaskhann dirimuuhh.. Siksaa akuu Sayaanghh.." teriak Anita, tak mempedulikan rasa nikmat diselangkangannya yang mulai berubah menjadi sedikit rasa pedih pada anusnya. Hingga tak lama kemudian, terasa olehnya Anto mulai sedikit mengejang dan..



Croott.. Croottss..



Dua kali lendir panas dari kontol Anto meledak di dalam raganya.



"Aaahh MBHaakk.." teriak Anto langsung terkulai lemas memeluk Anita dari belakang yang masih berada dalam posisi itu.

Anto menikmati orgasmenya sambil menciumi tengkuk, rambut dan punggung Anita yang putih mulus dan wangi itu. Tangannya memeluk ke arah dada Anita, sambil kemudian meremas-remas lembut, menikmati sensasi yang baru saja di rasakannya. Anita pun terpejam menikmati hal ini. Yuyun tersenyum puas melihat kedua temannya itu telah mencapai puncaknya. Kemudian ia bangun dan langsung memeluk kedua temannya itu, ikut merasakan kehangatan dan kenikmatan yang mereka ciptakan bertiga.

"Ya ampun, sekarang sudah jam 21:45!!" teriak Anita

"Wah aku bilang apa nih ke orang rumah?" ujarnya sambil beranjak mencomoti celana dalam, bra dan stelan blazernya yang tergeletak tak beraturan dilantai dan sofa.

Ketiganya segera sibuk mengenakan kembali pakaian mereka. Kemudian mereka pulang bersama-sama setelah saling berjanji untuk mengulangi kegilaan itu dalam waktu dekat.

Tamat

from Cerita Cewek Biru | Cerita Cewek Eksibisionis dan Suka Pamer Keseksian

Cerita Eksibisionis Tita : 1 Berawal Dari Diperkosa Anak SMP

cerita ini hanya sequel dari cerita aslinya hanya sekedar iseng-iseng penuisannya jadi mohon dimaklumi segala kekurangannya ingat semua yang ada di tulisan ini adalah fiksi belaka dan tidak ada dalam kejadian nyata.

Ingin hati berbuat baik, namun nasib sial yang aku dapatkan. Aku dijadikan bulan-bulanan oleh segerombolan abg – abg smp yang moralnya kurang bagus. Cerita dewasa yang harus aku ceritakan karena memang unik diperkosa anak smp.

Kejadian ini terjadi pada tanggal 13, dimana ada kepercayaan bahwa angka tersebut membawa kesialan. Aku memang tidak percaya dengan hal-hal seperti itu. Tapi sepertinya hari tersebut memang benar-benar hari yang sial untukku. Hari itu aku yang sedang libur ingin jalan-jalan ke Mal di dekat rumahku. Karena hari itu cukup panas, aku hanya mengenakan kaos pendek warna ungu yang ketat, rok pendek warna putih dan tentunya tas kesayanganku yang selalu setia menemaniku bepergian.

Ketika aku sedang menunggu angkot, aku melihat di seberang jalan ada anak kecil sedang menangis, kelihatannya ia ditodong oleh seorang anak SMP. Suasana saat itu memang cukup lengang, sehingga mempermudah anak SMP itu untuk melakukan kejahatan.

“Tolong… Tolong…” Aku berteriak kencang berusaha memancing perhatian orang-orang sekitar.

Untungnya teriakanku berhasil menarik perhatian beberapa tukang ojek yang mangkal tidak jauh dari tempat kejadian. Hal tersebut tentunya membuat anak SMP itu menghentikan aksinya dan segera kabur. Anak SMP itu sempat melihat sekilas ke arahku sebelum masuk ke dalam sebuah gang kecil, namun aku tidak memperdulikannya. Kulihat anak yang ditodong tadi masih menangis ketakutan, maka aku mendekati anak itu dan mencoba menenangkannya.

“Dik, sekarang sudah nggak apa apa kok. Jangan nangis lagi yah” kataku sambil berjongkok dan membelai rambutnya.

Anak kecil itu memelukku dengan kencang, kubiarkan ia menangis sampai akhirnya ia mulai tenang dalam pelukanku.

“Siapa nama kamu Dik?” aku bertanya padanya dengan lembut.

“Tony Kak…” katanya dengan suara sengau karena habis menangis.

“Rumah kamu di mana? Biar Kakak antar ya?” tanyaku.

Ia menyebutkan sebuah alamat, yang ada di dekat sini. Lalu kuantar dia pulang, dan kebetulan yang membuka pintu itu adalah mamanya.

“Tante, tadi kebetulan aku melihat Tony lagi menangis. Takut kenapa-kenapa, maka aku antar pulang dia pulang” kataku.

“Aduh, terima kasih banyak ya Mbak. Mari masuk dulu, Tante buatkan minum…” kata Ibu itu padaku.

“Oh, nggak usah Tante, terima kasih banyak. Saya sedang ada keperluan…” aku menolak halus.

“Oh ya sudah. Oh iya, nama Tante, Linda. Siapa nama Mbak?” tanya Bu Linda sambil mengulurkan tangannya.

“Tita Tante…” aku menjawab sambil bersalaman.

“Terima kasih banyak ya Mbak Tita, kapan kapan mampir ke sini ya” kata Bu Linda.

“Iya Tante. Tita pamit dulu yah” aku berpamitan, lalu aku kembali berjalan ke tempat aku menunggu angkot tadi.
Hatiku terasa senang, mungkin karena baru saja berbuat baik, tak terasa aku senyum-senyum sendiri. Selagi aku berjalan, aku mendengar deru kencang sepeda motor menuju ke arahku. Aku menoleh ke arah suara itu karena takut tertabrak. Namun tak diduga, aku melihat anak SMP yang tadi menodong Tony duduk di belakang motor tersebut sambil melihat tajam ke arahku. Aku agak tegang ketika sepeda motor itu melambat. Apakah anak SMP itu akan berbuat jahat karena aku tadi menggagalkan rencananya? Tiba tiba anak SMP itu turun mendekatiku, dan belum sempat aku berbuat apa-apa, aku dikejutkan oleh benda keras yang menempel di perutku.

“Jangan teriak dan jangan macam macam kalo Mbak mau selamat!” jantungku serasa mau berhenti karena ketakutan ketika anak SMP itu mengancamku.

Suasana sekitar yang sepi membuat aku tidak berani berbuat macam-macam. Aku sempat memperhatikan kalau sepeda motor itu dikendarai oleh anak berseragam SMP juga. Tapi aku tak bisa melihat wajahnya karena ia mengenakan helm yang ada kacanya.

“Cepet naik…!!” bentaknya lagi.

“I-iya…” kataku dengan terpaksa.

Aku melangkah ke sepeda motor itu dengan panik. Dan aku menjerit kecil ketika tiba tiba anak SMP itu menaikkan rokku sampai ke pinggang hingga celana dalamku terlihat. Tapi kurasakan tekanan pisau itu makin keras, dan aku takut sekali kalau sampai pisau itu melukaiku.

“Ayo cepetan naik!!” bentak pengendara sepeda motor itu.

Tanpa berani membantah aku menaiki sadel belakang sepeda motor itu. Setelah aku duduk di belakang, mendadak kurasakan badanku tertekan ke depan, rupanya anak SMP yang tadi menodongku ikut naik di belakangku juga, sehingga sekarang aku terjepit di antara dua anak SMP ini.

Sepeda motor itu melaju kencang membawaku ke daerah yang belum aku kenal. Tapi satu hal yang pasti aku akan mengalami nasib yang buruk. Anak SMP yang duduk di belakangku mulai meremasi kedua payudaraku dari belakang serta terkadang mengelusi pahaku yang mulus. Aku diam saja dan tak berani melawan karena teringat dia sedang memegang pisau, selain itu aku takut kalau sampai jatuh dari sepeda motor ini. Setelah sekitar setengah jam, ternyata mereka berhenti di sebuah rumah kosong.

Aku tercekat melihat sudah ada tujuh anak lagi yang juga masih berseragam putih biru yang sudah menunggu di tempat itu. Rupanya mereka sudah merencanakan ini semua. Mereka yang sudah menunggu di tempat ini bersorak senang ketika melihatku yang sudah menjadi tawanan ini. Aku mulai membayangkan apa yang akan dilakukan oleh anak-anak yang masih SMP ini terhadap diriku?

“Hebat juga lo Bud! Ternyata lo beneran bisa dapet cewek cakep! Wah, pasti enak banget ngentot cewek kayak gini…!” kata salah seorang dari mereka.

Jantungku berdetak kencang mendengar ucapan kurang ajar dari anak-anak SMP ini. Tapi aku hanya bisa menahan rasa jengkel karena tidak bisa melakukan apa-apa. Pujian bahwa diriku menarik di mata mereka tadi sama sekali tak membuatku senang. Tadinya mulai ada perasaan sedikit menyesal karena aku telah mengganggu ‘acara’ Budi tadi. Aku sempat berpikir ternyata tidak selamanya niat baik akan berakhir baik pula, namun akhirnya aku dapat berbesar hati menghadapi ini semua.

“Iya dong Sul! Bukan Budi namanya kalo gak bisa dapetin cewek cakep…” kata anak SMP yang menodongku tadi sambil terus menggerayangiku dengan nada bangga.

“Tapi lo tadi gagal gara-gara cewek ini kan Bud? Hahaha…” kata salah seorang dari mereka sambil tertawa keras.

Tiba-tiba kurasakan remasan yang sangat kasar pada kedua payudaraku oleh Budi yang membuatku menggeliat dan mengaduh.

“Aduh sakit…” aku mengeluh.

“Gila! Emang bener Bud, cakep juga nih cewek!” kata seorang lagi sambil memandangiku seolah ingin menelanjangiku.

“Iya bener Har, asli cakep!”… ”Bening banget…!”… “Ayo cepetan dong bawa ke tengah sini!”… “Saatnya balas dendam Bud!”… “Nggak sia-sia juga kita-kita nungguin lo dari tadi”… Demikian seruan-seruan yang kudengar, selain itu tentu saja tawa kegirangan dan melecehkan.

“Ayo cepetan turun!” bentak anak yang mengendarai sepeda motor setelah membuka helmnya sehingga aku bisa melihat wajahnya yang buruk, tidak berbeda jauh dengan Budi.

Begitu aku turun, anak SMP yang bernama Budi tadi, segera menyeretku ke arah teman temannya yang sudah terlihat tidak sabar. Aku hanya bisa mempercepat langkahku supaya tak jatuh terseret oleh dia. Berikutnya aku sudah berada di tengah kerumunan mereka, anak-anak SMP yang melihatku dengan pandangan penuh nafsu.
“Jangan! Tolong lepasin aku…” aku mulai mencoba memohon pada mereka.

“Kalian boleh ambil uangku, tapi tolong lepasin aku…” kataku lagi mencoba menawarkan kompensasi pada mereka supaya aku dibebaskan.

Aku berharap semoga saja mereka bisa berubah pikiran.

“Mbak jangan ngimpi deh…!” bentak Budi.

“Saya nggak butuh duit! Berani beraninya Mbak udah gangguin acara saya tadi! Mbak udah nurunin harga diri saya di depan mereka karena nggak berhasil ngedapetin duit dari anak kecil tadi. Sekarang saya mau Mbak bayar pake harga diri juga, yaitu pake badan Mbak. Pokoknya Mbak harus bisa puasin kami semua…” Budi berkata sambil memandangiku, entah dengan penuh kemarahan atau penuh nafsu birahi, yang jelas pandangannya itu amat menakutkanku.

Aku bergidik menyadari keadaanku sekarang ini. Mereka makin mendekat, dan aku hanya pasrah ketika tiba-tiba tanganku sudah terentang, kedua pergelangan tanganku dipegangi oleh orang di kanan kiriku. Seseorang dari mereka mendekapku dari belakang, menghirupi rambutku yang tergerai bebas dengan nafasnya memburu, kurasakan sekali kalau ia begitu bernafsu. Dua dari mereka, yang tadi sekilas kutahu namanya Sul dan Har itu, mendekat dan meremasi kedua payudaraku.

Mendapat perlakuan seperti ini, tubuhku semakin lemas, tubuhku rasanya panas dingin. Apalagi ketika orang yang mendekapku dari belakang itu menyibakkan rambutku, dan menciumi leherku dengan nafas memburu. Kini keadaanku sudah pasrah saja. Aku memejamkan mata dan membiarkan sembilan anak SMP ini berbuat apa saja yang mereka inginkan terhadap diriku.

“Siapa nama Mbak?” tanya salah seorang dari mereka.

“A-aku Tita…” jawabku lemah.

“Mbak Tita masih kuliah ya?” aku mendapat pertanyaan lagi.

“Aku… U-udah kerjaaa… Aaaah…” jawabku sambil mendesah ketika kurasakan banyak sekali telapak tangan yang merabai seluruh tubuhku.

“Wah! Kita beruntung banget bakalan bisa ngentotin cewek kantoran nih! Mana tampangnya imut banget lagi…!!” kata anak yang lain lagi.

“Kalo kami sih masih kelas dua SMP. Tapi dijamin deh kami bisa muasin Mbak…” sahut seseorang lagi.

“Mbak Tita suka ya main rame-rame gini? Sampe ngedesah-desah gitu…” entah siapa lagi yang bertanya, aku tak tahu karena aku sedang memejamkan mataku.

Dera kenikmatan yang melanda tubuhku ini makin bertambah ketika kurasakan kedua payudaraku kembali diremas-remas entah oleh siapa, dan mendatangkan perasaan yang sangat nikmat di sekujur tubuhku.

“Emmmhhh…” aku tak tahu harus menjawab apa, dan malah melenguh menahan nikmat ketika kurasakan sebuah tangan menyusup masuk ke celana dalamku.

Dengan cepat vaginaku sudah ditusuk dan diaduk-aduk oleh jari tangan itu yang membuat kakiku mengejang, jelas sekali saat itu aku sedang dilanda kenikmatan. Kudengar sorakan senang dan bahkan beberapa dari mereka menirukan lenguhanku, bersahut-sahutan. Mukaku rasanya panas dilecehkan seperti ini, tapi aku tahu penderitaanku baru akan dimulai.

“Kok celana dalem Mbak udah basah aja sih!? Pasti Mbak Tita keenakan yah…” kudengar suara Budi yang disambut tawa teman-temannya.

Aku membuka mataku, dan memang ternyata Budi yang sedang mengaduk-aduk vaginaku. Jarinya mengaduk semakin dalam, seolah hendak mengorek seluruh cairan cintaku. Aku hanya bisa menahan rasa malu, sementara Budi terus mengaduk aduk vaginaku dengan penuh nafsu. Rasanya sakit walaupun bercampur sedikit nikmat.

“Memek Mbak Tita baru dipegang saya aja udah basah gini. Jadi pengen liat kalo Mbak udah dientot sama kami bersembilan nanti bakal basah kayak gimana yah?” kata Budi dengan nada yang melecehkanku juga.

Membayangkan diriku akan diperkosa beramai-ramai oleh mereka bersembilan yang baru kelas dua SMP ini, entah kenapa perasaanku seperti tersengat listrik. Dipermalukan seperti itu, entah kenapa kurasakan adukan Budi pada vaginaku tak terasa begitu sakit lagi, dan nikmatnya semakin menjadi jadi. Walaupun aku sudah berusaha bertahan supaya tak terlihat murahan di depan mereka, tapi lama-kelamaan nikmat yang menderaku membuat aku tak bisa menahan diri lagi, tubuhku menggeliat hebat.

“Emmmhhh… Oooohh… Emhhhhhh…” aku terus melenguh tanpa bisa kutahan.

Kalau saja tidak ada yang menahan tubuhku, aku yang hampir mencapai orgasme waktu sedang berdiri seperti ini, pasti sudah terjatuh. Sekarang ini aku merasa sangat lemas, dan tak ada perlawanan apapun dariku ketika Budi merobek celana dalamku. Lalu Sul dan Har juga mulai menarik paksa kaosku ke atas hingga kedua tanganku terangkat. Akhirnya kaosku sudah terlepas seluruhnya dari tubuhku dan mereka melemparnya ke lantai. Mereka semua hanya tertawa- tawa melihat kepasrahanku.

Untung saja kaosku tidak sampai dirobek. Tak lama kemudian braku juga direnggut putus, hingga aku tinggal mengenakan rokku saja. Aku dengan reflek menutup kedua payudaraku dengan kedua telapak tanganku, tapi aku malah semakin dilecehkan oleh mereka.

“Nggak usah pake ditutup segala Mbak! Nanti semuanya pasti kebagian ngisep toket Mbak Tita kok…” ejek Sul.

“Udah, tarik juga roknya sekalian! Kalo dia masih sok-sokan nutupin toketnya, robek saja sekalian roknya!” perintah Budi pada teman-temannya.

Mendengar kata-kata Budi, aku terpaksa menurunkan tanganku dan membiarkan payudaraku jadi tontonan sembilan anak-anak ini. Tanpa perlawanan aku membiarkan rokku dilucuti hingga jatuh ke bawah, dan aku melangkahkan kakiku ke belakang hingga mereka bisa mengambil rokku itu.

Setelah prosesi penelanjangan terhadap diriku sudah selesai, kini tinggal sepatuku yang masih melekat di kakiku, sedangkan tubuhku dari lutut ke atas sudah tersaji polos di depan mereka. Mereka melempar-lemparkan semua bagian pakaianku ke pojok ruangan ini, termasuk juga tas milikku yang sudah sejak tadi jatuh ke lantai. Lalu kesembilan anak SMP ini mulai menelanjangi diri mereka.

“Bud, lo yang pertama deh…” kata Sul.

Budi segera mendekatiku, dan aku sempat melihat penisnya yang ternyata sudah ereksi itu.

Tak terlalu panjang, mungkin hanya 12 cm. Diameternya pun cuma di kisaran 2 cm. Penis itu sudah tegak mengacung ke atas. Budi ini tingginya sekitar 155 cm, sedikit lebih pendek dariku yang memakai sepatu ini. Wajahnya hancur- hancuran, agak bopeng dan bau badannya sungguh tidak enak. Aku harus bersiap, karena penderitaanku akan segera dimulai. Aku berusaha membiasakan diri dengan bau itu.

“Kalau ngentot sama cewek yang kayak gini, nggak perlu pakai kondom kayak kalo kita ngentot perek kan!?” tanya Budi ke teman-temannya sambil membelai rambutku.

“Setujuuu…!!” mereka menjawab dengan serempak.

Aduh! Berarti aku harus menyiapkan vaginaku untuk menampung semprotan sperma mereka semua. Aku tahu pasti, perkosaan ini tak akan hanya berjalan satu ronde saja. Tapi aku berpikir, paling tidak meskipun selama ini mereka sudah pernah main dengan PSK, tapi ternyata mereka menggunakan kondom waktu bersetubuh. Jadi paling tidak aku tak perlu kuatir dengan kemungkinan tertular penyakit kelamin, dan ini membuatku sedikit tenang.

Budi perlahan mulai memelukku, dan kemudian mengecup bibirku. Aku diam saja, tak tahu harus bagaimana. Budi terus mencumbuiku, menciumi bibirku, dan akhirnya ia melesakkan lidahnya ke dalam mulutku dan bibirku dipagutnya dengan ganas. Aku gelagapan, air liur Budi terus membanjir masuk ke dalam mulutku, hingga mau tak mau aku terpaksa mengesampingkan rasa jijik dan menelannya kalau tak mau tersedak.

Lidahku dan lidah Budi bersentuhan sesaat, dan Budi ini, entah belajar dari mana, ia benar benar menaklukan aku sekarang ini, membuatku bereaksi di luar kesadaranku. Aku melingkarkan tanganku di lehernya, dan membalas permainan lidahnya. Kami bercumbu layaknya seperti sepasang kekasih saja.

“Bud, jangan lama-lama!”… “Gue juga mau nih!”… “Kapan giliran kami semua Bud?” semuanya menggerutu dengan nada iri.

Budi menghentikan cumbuannya padaku, hingga aku membuka mataku.

“Mbak Tita cakep banget…” gumam Budi, membuatku tesipu malu dan memalingkan wajahku.

“Sul, Kahar, bantu gue…” Budi memanggil teman-temannya.

Setelah mereka mendekat, Budi menyuruh mereka berdiri di kedua sisiku, kemudian Budi mulai mengatur, tangan kananku dilingkarkan di leher Sul, sedangkan tangan kiriku dilingkarkan di leher Kahar.

“Sekarang angkat pahanya Mbak Tita! Kangkangin yang lebar…!” kembali Budi memerintah mereka.

Tampaknya Budi ini ketua gerombolan anak-anak SMP bejat ini. Kini aku sudah dalam posisi yang tak berdaya, dimana kedua tanganku yang melingkar di leher Sul dan Kahar itu tak mungkin kulepas kalau aku tak ingin jatuh. Sedangkan kedua pahaku sudah terangkat dalam posisi melebar, hingga vaginaku sekarang sudah tersaji sempurna untuk Budi, dan wajahku yang panas ini sama sekali tak bisa kusembunyikan.

Sul dan Kahar yang memegangi kedua pahaku dengan satu tangannya, menggunakan tangan mereka yang satunya, meremasi payudaraku. Selagi aku menggeliat lemah, Budi mendekatiku. Aku agak tenang, ternyata mereka tak sekasar yang kuduga. Saat aku mempersiapkan vaginaku untuk menelan penis si Budi ini, tak kuduga, Budi berjongkok, dan kepalanya didekatkan ke vaginaku. Budi mulai menjilati vaginaku yang pasti masih berlumur cairan cintaku.

“Ssshh… Ooooh…” aku mendesah dan mengerang.

Kurasakan nikmat yang luar biasa saat cairan cintaku diseruput habis dan vaginaku disedot sedot oleh Budi. Nafasku mulai tak beraturan, dan aku memandang Budi dengan sayu, penuh harap ia akan segera memulai semua ini. Tapi dasar anak SMP, mana dia tahu aku sudah amat terangsang seperti ini? Aku juga tak bisa memintanya, bagaimanapun aku juga tak ingin terlihat murahan di depan mereka.

Budi masih terus mempermainkan vaginaku, kali ini dengan lidahnya. Aku memejamkan mataku, nyaris tak kuasa menahan gairahku ketika lidah itu melesak-lesak ke bagian luar dari liang vaginaku. Tubuhku bergetar kecil, dan nafasku semakin tersengal-sengal. Sul dan Kahar tertawa mengejek melihat keadaanku, tapi aku sudah tidak mampu mengontrol diriku, bahkan aku mencoba menggerak-gerakkan pinggulku, mencoba mencari kepuasanku sendiri saat lidah Budi terus mengaduk liang vaginaku.

Selagi aku dalam keadaan terangsang hebat seperti ini, tiba tiba kurasakan rambutku disibakkan dari belakang, dan kembali aku merasakan leherku dicium dengan lembut. Kini aku sudah di ambang batas orgasme, dan aku mati-matian bertahan supaya tidak cepat orgasme. Setiap kali aku orgasme, itu berarti menguras staminaku, sementara aku masih harus melayani delapan orang lagi, dan entah berapa ronde lagi yang harus kulalui untuk memuaskan mereka bersembilan ini.

Tapi apa daya, dirangsang di beberapa tempat sekaligus, mulai dari ciuman pada leherku, belaian pada rambutku, remasan lembut pada payudaraku, dan adukan lidah Budi pada vaginaku, akhirnya pertahananku bobol juga.

“Ngghhh… Nnggghhh… Aauuugghh… Aaaaahhhh!!” aku melenguh dan mengerang ketika aku mencapai orgasme untuk pertama kalinya.

Kudengar kembali suara menyeruput, kini memang cairan cintaku yang membanjir itu sedang diseruput habis oleh Budi. Terdengar suara seperti orang yang menyeruput minuman yang hampir habis, dan ini amat membangkitkan gairahku. Setelah beberapa detik tubuhku mengejang-ngejang, akhirnya aku terkulai lemas. Kembali aku memandang Budi dengan sayu, berharap ia mengerti keinginanku sekarang ini. Aku menjadi sedikit senang sekaligus tegang, saat Budi tiba tiba berdiri, dan mengocok penisnya sebentar. Akhirnya ia akan memulai semua ini. Benar saja, sesaat kemudian, ia menggesek-gesekkan kepala penisnya pada bibir vaginaku, dan ia menatapku dengan pandangan yang sangat bernafsu.

“Mbak Tita, saya masukin sekarang yah…” Budi meminta ijin kepadaku.

Sekarang ini aku sudah terbakar nafsu dalam kepasrahanku, bukan karena yang lain. Tapi aku tak mengubah sikapku, aku hanya menatap sayu dan berbisik lemah “Terserah kamu aja…”

Perlahan Budi melesakkan penisnya yang mulai membelah liang vaginaku. Sorakan dan ejekan teman-teman Budi sudah tak terdengar lagi, semua memperhatikan prosesi menyatunya tubuh kami berdua ini. Walaupun penis itu tidak terlalu besar, tetap saja ada sensasi tersendiri yang kurasakan ketika penis itu sudah tertelan seluruhnya di vaginaku.

“Mmmhh…” aku melenguh pelan.

“Enak ya Mbak?” tanya Budi padaku tanpa ada nada yang melecehkan seperti sebelum sebelumnya.

Aku mengangguk lemah, dan memejamkan mataku dan menunduk, rasanya malu juga tadi aku mengangguk begitu saja. Budi mengangkat daguku, kemudian mencium bibirku, kurasakan kemesraan dalam ciuman itu. Aku mulai melayaninya, membalas ciumannya. Budi pun juga mulai menggerakkan tubuhnya perlahan, hingga penisnya mulai menggesek gesek liang vaginaku. Rasanya nikmat sekali, sedangkan sakit yang kurasakan sangat sedikit, bahkan bisa dikatakan nyaris tak ada.

Hal ini mungkin karena aku sudah terbiasa dengan rasa sakit yang terjadi saat vaginaku menelan penis yang jauh lebih besar dan panjang dari penis anak SMP ini, walaupun harus kuakui penis Budi ini amat keras, nyaris sekeras milik Amar, adik laki-lakiku. Sementara itu, bagian tubuhku yang lain mulai menerima rangsangan kembali, membuat aku semakin tenggelam dalam nafsu birahi.

“Memek Mbak Titaaa sereeeet bangeeettt…” erang Budi.

“Oooh… Enaaak bangeeeet…! Budi mulai meracau.

Aku cuma bisa mendesah dan mengerang lemah saat penis Budi semakin cepat mengaduk-aduk vaginaku. Kudengar Budi sendiri terus mengerang, dan erangannya itu makin keras. Tampaknya ia akan mencapai orgasme sebentar lagi. Benar saja, beberapa saat kemudian, penisnya berkedut dalam vaginaku, dan ia mengerang keras.

“Oooh… Mbak Titaaa… Saya keluariiiin di dalem yaaah…” baru selesai berkata begitu ia menyodokkan penisnya dalam-dalam dan sekali lagi ia mengerang panjang, mengiringi semburan spermanya ke dalam vaginaku.

“Dasar! Ngapain tadi pake minta ijin segala untuk mengeluarkan spermanya di dalam vaginaku? Toh baru saja dia selesai bicara, spermanya sudah menyemprot deras membasahi vaginaku. Untung saja, aku tidak dalam masa suburku, kalau tidak amit-amit deh harus hamil oleh benih anak SMP yang mukanya parah ini…” gumamku dalam hati.

Budi yang sudah mendapat jatahnya menikmati tubuhku, kini menarik lepas penisnya dari vaginaku. Aku tidak mengalami orgasme kali ini, tadi Budi hanya menggenjotku tak sampai 5 menit. Mungkin karena ia sudah terangsang sejak dari awal ia meremasi payudaraku di sepeda motor tadi. Sul dan Kahar meletakkanku di atas selembar tikar butut, dan mereka bersama 6 rekannya itu berunding, pastinya menentukan siapa yang beruntung mendapat giliran selanjutnya untuk menikmati tubuhku ini.

Kini aku berbaring telentang di atas tikar butut ini. Selagi mereka berunding, Budi mendekatkan penisnya ke mulutku. Aku tahu apa keinginannya, dan aku segera mengulum penis itu, memainkan lidahku menyapu seluruh lingkar penisnya, membuat Budi mengerang ngerang keenakan. Kubersihkan seluruh sisa sperma yang bercampur cairan cintaku dari penis itu, sampai penis itu benar benar mengecil.

Budi bergerak sedikit menjauh dariku, dan kini ia hanya diam saja, memandangiku dengan tatapan aneh. Dia sama sekali tak menyinggung tentang keperawananku. Aku berpikir untuk mempermainkannya karena dia juga menyakitiku dengan membuatku menjadi budak seks dirinya dan teman-temannya ini. Aku balas menatapnya dengan sayu, seolah aku amat menginginkannya, sampai ia mengalihkan tatapan matanya dariku, kulihat jelas ia tersenyum malu. Dalam hati aku menertawakannya karena berhasil membuat Budi malu.

Tiba tiba kudengar suara “Mbak Tita, saya Darso. Saya mau nyobain memek Mbak ya…”.

Aku menoleh, dan kulihat Darso sudah berancang ancang menerjangkan penisnya ke dalam vaginaku. Dasar, mau memperkosaku saja pakai permisi segala. Biar aku nggak mengijinkan pun dia pasti tetap akan memaksaku melayaninya juga. Aku sempat memperhatikan penis itu, ternyata nyaris serupa ukurannya dengan milik Budi.

“Sssssssh…” aku mendesah ketika lagi-lagi liang vaginaku harus menelan batang penis.

Perlahan Darso menggenjotku, dan semakin lama semakin cepat. Aku pasrah saja, membiarkan ia menikmati remasan otot liang vaginaku pada batang penisnya, dan aku merasa tak ada salahnya kalau aku menikmati saat saat vaginaku diaduk-aduk seperti ini, toh percuma juga aku melakukan perlawanan. Daripada aku merasa menderita, lebih baik aku menerima semua ini dan kalau perlu menikmatinya.

Aku mulai memperhatikan wajah Darso ini, dan menurutku termasuk tak penting untuk dilihat. Memang ia tak bopeng, tapi udah deh, benar benar jelek. Untungnya Darso melakukan ini dengan terburu buru, ia tak mencumbuku sama sekali, keliatannya ia hanya sekedar ingin memuaskan dirinya saja. Baru beberapa menit, Darso sudah mulai mendengus dengus, dan kurasakan penis Darso sudah berkedut kedut.

“Oooh… Eenaaak…” erangnya saat penisnya menyemburkan sperma berulang-ulang membasahi vaginaku.

Darso langsung mencabut penisnya dari vaginaku, dan aku belum sempat berbuat apa apa ketika Sul mengambil gilirannya, tanpa basa-basi lagi ia langsung menerjangkan penisnya ke liang vaginaku. Aku sedikit terhenyak, kurasakan penis Sul ini sedikit lebih panjang. Tak tahu berapa panjangnya, tapi pasti lebih panjang dari Budi ataupun Darso. Aku menggeliat lemah, dan Sul tersenyum bangga melihatku bereaksi atas sodokannya, berbeda dengan serangan Darso tadi yang menurutku termasuk ringan-ringan saja.

Sul merendahkan badannya, hingga ia bisa mengecup bibirku sambil menyetubuhiku. Aku memejamkan mataku, mencoba menikmatinya.

“Mbak Tita, nama saya Sul…” bisiknya.

Aku tak bereaksi, hanya sesekali menggeliat ketika tusukan penis Sul ini membuatku keenakan.

“Enak ya Mbak??” bisiknya lagi.

Aku membuka mataku, mengangguk lemah. Kini kenikmatan sudah menderaku, membuatku tak bisa berpikir jernih lagi. Ketika ia mengecup bibirku, aku membalas ciumannya tanpa diminta. Sul terus menyetubuhiku, sekali ini aku merasakan persetubuhan yang cukup lama. Mungkin sudah lebih dari 10 menit. Selama itu Sul tak henti-hentinya mencumbuiku yang kurasakan begitu mesra. Meskipun aku merasa hal ini aneh dan lucu, tapi aku pikir ada untungnya juga. Setidaknya kalau mereka semua begini, aku mungkin tak akan mendapatkan perlakuan kasar dari mereka, padahal tadi waktu pertama aku dikerumuni dan dibentak-bentak serta dilecehkan oleh mereka, aku merasa amat takut.

Mungkin karena sudah cukup lama digenjot, kini kurasakan vaginaku mulai berdenyut denyut, jantungku mulai berdetak lebih cepat, dan nafasku juga mulai memburu. Remasan lembut pada payudaraku yang dilakukan Sul membuatku semakin merasa melayang ke awang-awang.

Aku merintih perlahan ”Ooooooh…”

Sul berbisik di telingaku “Sakit ya Mbak?”.

Aku spontan menggeleng lemah, mataku kembali kupejamkan erat erat, aku berusaha menikmati semua ini. Kini ganti leherku yang diserang Sul dengan kecupannya, sedangkan genjotannya pada vaginaku tidak kendur sama sekali, membuatku menggelinjang tak karuan. Ketika Sul menarikku duduk di pangkuannya, penisnya menancap semakin dalam ke liang vaginaku.

Tanpa ampun lagi aku melenguh-lenguh Emmhh… Ooooooh… Ampuuuun…”

Tubuhku berkelojotan, kakiku melejang-lejang, sungguh aku nyaris tak kuat menahan kenikmatan ini, tubuhku rasanya hampir meledak oleh nafsu birahi ini. Tapi Sul belum selesai. Selagi aku melingkarkan tanganku memeluk lehernya, ia terus menggenjot vaginaku. Gejolak orgasmeku belum selesai ketika Sul kembali mengecup bibirku, dan mendadak aku balas memagutnya dengan ganas, hingga Sul kewalahan dan roboh. Kini aku yang menindihnya, dan aku menaik turunkan tubuhku sendiri supaya liang vaginaku terus diaduk oleh penisnya Sul.

Membayangkan aku masih harus melayani lima orang lagi, aku malah makin liar meliuk-liukkan tubuhku, mengendarai penis Sul yang kini mulai mengerang keenakan. Rupanya ia tak tahan juga, tak lama kemudian kurasakan penisnya berkedut-kedut, tubuhnya bergetar getar dan seiring dengan erangan panjang dari Sul, kurasakan semprotan sperma dari penisnya yang bertubi-tubi dan membuat vaginaku terasa hangat dan nyaman.

“Plop…” demikian bunyi yang kudengar ketika aku mengangkat tubuhku sampai penis Sul terlepas dari vaginaku.

Begitu aku tiduran, sudah ada teman Budi yang mengambil posisi di selangkanganku, dan aku hanya bisa membuka pahaku lebar lebar, bersiap menerima sodokan pada liang vaginaku.

“Hai Mbak Tita, saya Rangga…” katanya sambil membenamkan penisnya ke dalam liang vaginaku.

Aku tak bereaksi, dan Rangga ini mulai menggenjot liang vaginaku dengan cepat. Aku diam saja, mencoba menghemat tenagaku, kurasakan penis yang sedang menerjang vaginaku ini ukurannya termasuk kecil, harusnya lebih kecil dari punya Budi. Masuk akal, karena memang Rangga ini tubuhnya jauh lebih pendek dariku. Kini baru aku merasa seperti disetubuhi oleh anak kecil, membuatku geli juga. Rangga terlihat keenakan selagi menggenjot vaginaku, matanya merem melek dan ia mulai meracau penuh kenikmatan.

“Oooohhh… Memek Mbak kok bisa enaaaak ginii…??” Rangga terus mendesah nikmat.

Aku tak memperdulikannya. Memang aku merasakan penisnya lagi menyodok vaginaku dengan cepat, tapi mungkin karena ukurannya kecil, aku tak begitu terpengaruh. Kini aku kembali mencoba menggoda Budi. Aku menatapnya sayu, seolah aku sedang menginginkannya. Dalam hati aku kembali tertawa melihat Budi salah tingkah, ia tak kuat membalas tatapanku. Tiba tiba kudengar Rangga mengerang dan begitu penisnya berkedut, kurasakan kembali vaginaku harus menelan sperma.

Ketika Rangga mencabut penisnya, kulihat memang ukurannya termasuk pendek, kira kira tak sampai 10 cm, diameternya juga kecil, mungkin 1 cm lebih sedikit. Geli juga aku melihatnya, pantas saja aku tak terlalu merasakan rangsangan pada vaginaku tadi sewaktu aku disetubuhinya. Lagi lagi tanpa memberiku kesempatan untuk beristirahat, sudah ada lagi yang mengantri vaginaku.

“Nama saya Hendra Mbak Tita…” seperti mereka yang sebelumnya menyetubuhiku, Hendra memperkenalkan dirinya.

Kali ini aku sempat melihat penisnya, dan aku kembali harus menahan geli. Hendra ini tubuhnya kecil, penisnya juga kecil. Mungkin cuma sekitar 9 cm panjangnya, dan diameternya pun tak lebih besar dari punya Rangga. Kembali aku hanya pura pura bereaksi ketika penisnya tertelan seluruhnya dalam liang vaginaku. Tapi kemudian aku hanya diam, kubiarkan Hendra mencari kepuasannya sendiri. Dan memang sebenarnya Hendra sedang menggenjotku dengan sangat bernafsu, tapi aku tak begitu terpengaruh.

Aku berpikir, enak saja mereka stirahat. Kalau satu-persatu seperti ini, memangnya mereka mau memperkosaku sampai berapa lama. Namun aku tidak kehabisan akal.

“Bud, sini dong…” aku memanggilnya dengan suara yang kumanja-manjakan.

Budi berdiri dan berjalan medekat ke arahku, diiringi dengan sorakan teman-temannya.

“Ada apa Mbak?” tanyanya dengan ragu.

“Aku mau isepin penis Budi. Boleh kan?” kataku sambil mencoba meraih penisnya.

Budi tertegun sejenak, tapi ia berlutut di sebelah kanan kepalaku, memberikan kesempatan padaku untuk mulai mengulum penisnya. Aku memperhatikan teman temannya yang lain, kulihat mereka memandang kami dengan tatapan iri.

“Mbak Tita, saya juga mau!”… “Saya juga dong!”… Mereka semua seperti anak kecil yang sedang meminta permen saja.

Dengan suara yang lagi-lagi kumanja-manjakan, aku berkata “Iya, tapi antri satu-persatu yah…”

Lalu penis Budi segera kulahap, aku mulai melakukan kuluman dan sedotan, selain itu aku juga memberikan gigitan kecil pada penis itu, membuat Budi mengerang keenakan dan penisnya langsung ereksi sempurna. Aku melakukan oral seks ini dengan bersemangat, berharap Budi cepat ejakulasi, kemudian yang lainnya, jadi aku bisa memotong satu ronde dari rencana mereka. Kalau semua berejakulasi di vaginaku satu per satu, entah masih berapa lama lagi baru perkosaan ini selesai. Dan rupanya Hendra menjadi amat terangsang melihat adegan di depan matanya, dimana seorang gadis manis dengan kulit yang mulus terawat, kini sedang mengoral penis temannya yang kulitnya hitam dan kasar.

Pemandangan kontras ini memaksa Hendra segera berejakulasi, Hendra melenguh dan menyemprotkan spermanya ke dalam liang vaginaku. Entah sudah berapa banyak sperma yang mengisi rahimku. Aku tak bereaksi ketika orang berikutnya mengambil gilirannya menyetubuhiku.

“Mbak Tita, saya Reza…” kudengar yang namanya Reza ini berkata.

“Mmmm…” aku dengan malas menanggapinya, aku cuma ingin cepat mengeluarkan sperma si Budi ini.

Kurasakan Reza mengangkat salah satu kakiku hingga lurus ke atas, membuatku berbaring menyamping ke kanan. Yah, ini akan membuatku lebih mudah untuk mengoral penis-penis mereka. Dan kemudian Reza segera menerjangkan penisnya ke liang vaginaku yang sudah penuh sperma ini.

“Mmmhh…” kurasakan cukup nikmat juga ketika vaginaku menelan penis Reza ini, dan tepat saat itu juga, Budi yang sudah sejak tadi mengejang dan mengerang, menyemburkan spermanya ke dalam mulutku.

“Oooughh…” erang Budi keenakan.

Aku menelan sperma itu, menjilati dan menyeruput sisa sperma pada penis Budi. Ia mengerang-ngerang karena perbuatanku pada penisnya, dan begitu aku melepaskan kulumanku, ia terduduk lemas. Memang inilah tujuanku, dan sesuai rencanaku, aku segera memangggil salah satu dari mereka. Aku mengingat ingat, yang kedua tadi menyetubuhiku adalah Darso.

Maka aku memanggilnya dengan nada suara yang sama seperti aku memanggil Rudi tadi. Aku tidak perduli lagi bahwa aku akan terlihat sebagai wanita murahan di mata mereka, yang penting semua ini akan lebih cepat selesai.

“Darso…” begitu aku menyebut namanya, Darso sudah berdiri dengan penuh semangat.

Ia setengah berlari ke arahku. Saat ini aku merasa selangkanganku makin nikmat saja, aku sempat menoleh memperhatikan Reza ini. Badannya cukup berotot juga, wajahnya juga tidak terlalu jelek, namun kulitnya begitu hitam. Aku tersenyum padanya, dan membiarkannya memainkan vaginaku sepuas hatinya. Kini Darso sudah menyodorkan penisnya di dekat mulutku, bahkan hampir menempel ke bibirku. Aku segera membuka mulutku, dan aku memberikan servis pada Darso, sama seperti yang kuberikan pada Budi tadi.

Darso segera melenguh dan meracau tak karuan “Ooooh… Eenaaak…”

Sedangkan Reza terus memanjakan vaginaku dengan genjotannya yang kadang lembut, kadang menyentak, membuatku mulai menggeliat keenakan. Kubiarkan vagina dan mulutku melayani nafsu bejat mereka semua ini.

“Nggghhh… Mmmmhhh…” aku melenguh namun suaraku segera tersumbat penis Darso yang sedang kuoral.

Tubuhku mengejang orgasme bersamaan dengan ledakan sperma Reza pada liang vaginaku hingga aku agak kurang bisa berkonsentrasi mengoral penis Darso. Reza pun mengerang keenakan, dan mencabut penisnya dari liang vaginaku. Tubuhku masih bergetar merasakan kenikmatan ini, dan kurasakan vaginaku sudah diterjang oleh penis yang lain, dengan posisi kakiku yang sama seperti tadi.

“Nama saya Wahyu…” kata pemilik penis yang sudah tertelan seluruhnya dalam liang vaginaku ini.

“Mmmhh… Mmmmhh…” aku mencoba melihatnya sambil melanjutkan mengoral penis Darso.

Wahyu menggantikan Reza memegang pergelangan kakiku yang terangkat ini, dan ia mulai memompa vaginaku. Tak sehebat Reza memang, tapi ia juga mampu membuatku kembali melayang dalam kenikmatan, walaupun sebenarnya dalam hati kecilku aku tak rela tubuhku dinikmati banyak orang seperti ini.

Wahyu ini memiliki rambut yang gondrong dan agak dekil, selain itu tubuhnya biasa saja. Dan kulitnya tentu saja hitam legam. Tiba tiba, semprotan sperma Darso di dalam rongga mulutku cukup mengagetkanku, aku hampir saja tersedak oleh cairan putih kental yang sudah mampir di tenggorokanku ini. Setelah kutelan semuanya, dan membersihkan penis Darso dengan lidahku, aku melepaskan penis Darso dari kuluman mulutku.

Ternyata Sul sudah mengantri di belakang Darso yang kini sudah terduduk lemas. Tanpa basa-basi Sul segera menyodorkan penisnya, dan aku pun tak berkata apa apa, langsung mengulum penisnya. Sul mendesah dan mengerang keenakan ketika aku mulai menyedot dan menggigit kecil penisnya. Aku terus mempermainkan penisnya dalam mulutku sambil merasakan penis Wahyu yang terus mengaduk liang vaginaku dengan gencar.

Tiba tiba kurasakan remasan lembut pada payudaraku, aku mencoba melihat siapa pelakunya, ternyata si Budi, yang menatapku lagi lagi dengan pandangan anehnya itu. Tapi aku memilih untuk berkonsentrasi mengoral penis Sul. Kubiarkan saja Budi melakukannya, meskipun ini sebenarnya merugikanku. Dengan bertambahnya jumlah rangsangan pada tubuhku, mungkin aku akan lebih mudah diantar ke orgasme oleh mereka, dan ini berarti staminaku akan makin cepat terkuras.

Makin lama Budi semakin gencar merangsangku. Payudara kiriku diremasnya lembut dengan tangan kirinya, sementara rambutku dibelai mesra dengan tangan kanannya, seolah aku ini kekasihnya saja. Ia bahkan menciumi telinga kiriku, leherku, dan yang paling membuatku kelabakan adalah ketika Budi mengulum puting payudaraku. Ini salah satu daerah yang paling sensitif untukku. Sul yang sedang kuoral, juga ikut membelai pipiku, mungkin karena ia juga ingin merasakan kemulusan kulit pipiku.

Tubuhku bergetar menerima rangsangan dari tiga orang sekaligus seperti ini. Aku mulai merintih, apalagi Hendra mulai merabai pahaku yang terangkat tegak ini. Aku mulai menderita, kenikmatan terus mendera tubuhku yang tak bisa banyak kugerakkan, hingga aku tak bisa menggeliat bebas melepaskan hasratku untuk menggeliat keenakan. Dengan mata yang serasa berkunang kunang aku hanya bisa pasrah melayani mereka bertiga ini.

Tak lama kemudian, tanpa bisa kutahan lagi, aku kembali merasakan otot vaginaku berkontraksi, dan tubuhku mulai mengejang ngejang.

“Nggghhh… Ngggghhh…” aku melenguh panjang.

Tubuhku tersentak sentak dalam gumulan mereka bertiga ini. Apa yang kutakutkan terjadi juga, dengan mudah mereka bertiga mengantarku menuju orgasme. Aku mulai kelelahan, dan mereka tentu saja tak tahu, atau kalaupun mereka tahu, tentu saja mereka tak akan perduli dengan keadaanku ini.

Wahyu semakin gencar menyodok vaginaku sambil mengerang, rupanya ia juga akan berejakulasi. Bersamaan dengan menyemburnya sperma Wahyu ke dalam liang vaginaku, aku juga harus menelan sperma Sul yang juga berejakulasi di dalam mulutku. Aku masih sedikit tersengal-sengal ketika aku menelan sperma ini, dan menyeruput sisa sperma yang tertinggal pada penis Sul sampai penis itu benar-benar bersih. Kulepaskan kulumanku dari penis Sul yang kulihat tersenyum penuh kepuasan.

Wahyu juga melepaskan penisnya dari liang vaginaku. Kini kakiku dibiarkan tergeletak di lantai, dan hal ini membantuku mengurangi rasa pegal pada kakiku ini, walaupun kedua betisku rasanya capai sekali setelah orgasme beberapa kali tadi. Selangkanganku rasanya sudah basah tak karuan oleh lelehan sperma yang tertelan vaginaku, yang bercampur dengan cairan cintaku. Kenikmatan ini sulit kulukiskan dengan kata kata, yang jelas sekarang ini aku merasa seolah olah berada di awang-awang.

Aku mengingat ingat, Budi, Darso, Sul, Rangga, Hendra, Reza, Wahyu. Berarti sudah tujuh dari sembilan anak SMP ini yang mendapat jatah menikmati vaginaku. Tinggal dua orang lagi, dan memang salah seorang dari mereka sudah membuka pahaku lebar lebar, dan menerjangkan penisnya ke liang vaginaku. Aku merasa nyaman dengan adukan penis yang berukuran tanggung ini, juga Budi yang masih menyusu pada payudara kiriku, membuatku kembali tenggelam dalam kenikmatan ini.

“Saya Anton…” kudengar suara pemilik penis tanggung ini.

“Mmm…” ketika aku membuka mata ternyata dia adalah pengendara motor yang menculik aku tadi.

Anton menggerakkan penisnya perlahan seolah ingin menikmati sempitnya liang vaginaku.

“Oh… A-anget banget memek Mbak Titaaaa…” bisik Anton.

Aku hanya diam, sebenarnya aku tak begitu terpengaruh oleh adukan penis Anton ini, aku lebih merasa keenakan pada puting payudaraku yang kiri, yang terus dikulum dan disedot oleh Budi. Seolah membalasku, Budi juga memberikan gigitan kecil pada putingku, membuatku mendesis merasakan kenikmatan ini. Tiba-tiba kepalaku sedikit terangkat, dan saat aku membuka mata, kepalaku sudah ada di pangkuan Rangga. Ia membimbing dan mengarahkan kepalaku hingga penisnya yang sudah menegang itu melesak masuk ke dalam mulutku. Aku pasrah saja dan mengoralnya, dan tiba tiba aku terbelalak ketika kurasakan puting payudara kananku juga dikulum oleh salah satu dari mereka.

Aku mengarahkan mataku ke pelakunya, ternyata Sul. Maka kini aku dikeroyok oleh empat orang sekaligus, dan mungkin karena ingin menambah sensasi yang kurasakan ini, tiba tiba kedua tanganku direntangkan dan kedua pergelangan tanganku dicengkeram oleh Budi dan Sul, hingga aku tak bisa bergerak lagi. Dan memang sensasi yang kurasakan semakin menghebat, aku mengerang dan merintih tak kuasa menerima siksaan kenikmatan yang menderaku habis habisan.

Kini nafasku sudah mulai tersengal-sengal ketika Anton mempercepat genjotannya pada liang vaginaku sambil mengerang penuh kenikmatan. Kurasakan kedutan penisnya, dan beberapa saat kemudian kurasakan vaginaku kembali dibasahi sperma hangat. Anton mengerang panjang sambil menarik lepas penisnya dari jepitan liang vaginaku. Aku tak bisa istirahat, karena aku harus terus mengoral penis Rangga yang masih belum mendapat jatah berejakulasi dalam mulutku.

Dan untuk lebih membuat diriku makin tenggelam dalam kenikmatan ini, Kahar yang mendapat giliran terakhir menerjangkan penisnya senti demi senti membelah liang vaginaku.

“Mmmhhh…” eranganku tersumbat oleh penis Rangga yang terbenam dalam mulutku.

“Ohh… akhirnya gue dapet giliraan…” Kahar meracau keenakan ketika penisnya sudah tertelan seluruhnya dalam liang vaginaku.

Aku tak bisa bergerak sedikitpun, apalagi menggeliat untuk melampiaskan kenikmatan yang melandaku ini. Kurasakan penis Kahar ini panjang dan besar, dan ketika aku sudah menyelesaikan tugasku mengoral Rangga sampai ia ejakulasi di dalam mulutku, dan tentu saja setelah aku menelan spermanya, aku menyempatkan diri melihat Kahar ini. Baru kusadari, Kahar ini tinggi juga, dan badannya cukup besar, walaupun tak atletis. Selain itu wajahnya juga sangat mengecewakan, tapi aku tak perduli dengan hal itu.

Kini aku tak bisa memikirkan apapun selain merasakan kenikmatan yang amat sangat yang melanda vaginaku. Setiap genjotan Kahar memaksaku merintih keenakan, apalagi kadang ia menyodok dalam dalam, membuatku melayang didera kenikmatan yang luar biasa. Sensasi ini masih ditambah dengan datangnya Hendra yang meminta jatahnya, dan dengan kepalaku yang masih dipangku oleh Rangga, aku membuka mulutku dan Hendra segera melesakkan penisnya untuk mendapatkan servis oral dariku.

Aku mulai mengejang perlahan, dan makin lama makin hebat “Mmmmphh… Nggghhhh… Ooooohhh… Aaduuuuhh…”

Aku melepaskan kulumanku dengan mudah dari penis Hendra yang berukuran kecil ini, dan aku memejamkan mataku erat erat, kepalaku kugeleng gelengkan kuat kuat dan aku melenguh lenguh tak tahan diterjang badai orgasme ini. Tubuhku terus mengejang susul menyusul, vaginaku rasanya akan meledak saja. Dan mereka bertiga ini tak sedikitpun mengendorkan aktifitas mereka.

Perbuatan mereka membuat orgasme yang melandaku ini terus meningkat, dan akhirnya mereka berhasil mengantarku menuju multi orgasme. Ada beberapa menit tubuhku terus tersentak sentak, keringatku terus membanjir deras, dan mereka seolah tak rela membiarkan orgasmeku ini reda. Kakiku terus melejang tanpa henti, dan ketika aku sudah mulai bisa mengontrol diri, Hendra kembali membimbing kepalaku seperti yang dilakukan Rangga tadi, dan mulutku kembali sudah dijejali penisnya Hendra ini.

Dengan lemas aku mengoral penis itu, dan kudengar Kahar melolong panjang, rupanya pijatan liang vaginaku pada batang penisnya ketika aku tadi mengalami multi orgasme, mempercepat Kahar mencapai puncak. Semburan penis Kahar dalam liang vaginaku mengakhiri ronde pertama ini, dan Budi yang sejak tadi mengulum dan menyedot payudaraku, sudah akan memulai ronde kedua. Ia sudah memposisikan dirinya di depan selangkanganku, dan aku agak panik juga.

Aku melepaskan kulumanku pada penis Hendra, dan dengan lemah aku memohon “Bud, jangan sekarang yah… A-aku capek…”.

Budi terlihat agak kecewa, tapi ia memenuhi permohonanku dan meletakkan pahaku yang tadi sudah dilebarkannya. Tapi tanpa kuduga sama sekali, Budi tiba-tiba merangsekkan kepalanya ke selangkanganku, dan mataku terbelalak ketika kurasakan ia menyedot bibir vaginaku. Cairan cintaku yang bercampur cairan sperma para pemerkosaku dalam liang vaginaku ini disedot oleh Budi. Hal ini membuatku menggeliat hebat.

“Aaaaaaaah Budiiii…. Oooohhh…” aku merintih dan mengerang.

Aku merasa seolah olah seluruh organ dalam tubuhku hendak disedot semuanya oleh Budi. Pinggangku sampai terangkat dan melengkung, aku memejamkan mataku dan menikmati semua ini sepuas puasnya. Tiba tiba Budi menghentikan sedotannya. Aku mengeluh dan membuka mataku, dan aku melihat Budi dengan mulut yang terlihat penuh, sudah akan mencium mulutku.

Aku melepaskan kulumanku pada penis Hendra. Budi memagut bibirku, dan cairan cairan dari liang vaginaku yang tertampung dalam mulut Budi segera berpindah ke mulutku. Aku menikmati rasa cairan itu, rasanya seluruh rongga mulutku dan lidahku sudah terlumuri cairan itu, yang tentu saja bercampur juga dengan air ludah dari Budi. Tapi aku tak perduli, karena bagiku rasanya benar benar nikmat. Selagi aku menikmati semua ini, kurasakan telapak tangan kiriku digenggamkan pada sebatang penis.

Ternyata Hendra ingin aku mengocok penisnya. Perlahan kugerakkan tanganku mengocok penis dari Hendra ini, dan pemiliknya mulai mengerang keenakan. Dan sesaat kemudian kedua puting payudaraku sudah ada yang mengulum, ternyata Reza dan Wahyu yang sekarang ganti menyusu pada kedua payudaraku. Budi yang sudah selesai melolohi aku dengan segala macam cairan dari mulutnya, kembali bergerak menuju selangkanganku, dan sekali lagi ia mencucup bibir vaginaku.

Untung saja aku sudah menelan semua cairan dalam mulutku, karena aku pasti sudah tersedak kalau mulutku masih terisi cairan tadi ketika aku kembali terlonjak lonjak keenakan seperti sekarang ini . Telapak tangan kananku digenggam lembut oleh Rangga yang masih memangku kepalaku ini. Ia juga membelai rambutku dengan mesra. Aku memandangnya dengan sayu, kini aku hanya bisa pasrah, aku sudah terlalu lelah untuk bergerak meskipun kenikmatan terus melanda selangkanganku.

Tiba-tiba aku mendengar erangan Hendra dan aku menoleh. Aku melihat Hendra berkelojotan, dan ketika erangannya makin keras, ia buru buru menarik penisnya dari genggamanku dan aku hanya bisa membuka mulutku dengan pasrah dan membiarkan mulutku dijejali penis Hendra. Sambil mengerang panjang, Hendra langsung menyemburkan sperma hangatnya ke dalam mulutku.

Aku mengulum dan membersihkan penis itu dan menelan semua sperma yang menggenangi mulutku. Akhirnya erangan Hendra berhenti, dan dengan lemas ia menarik penisnya lepas dari mulutku, kemudian ia roboh kehabisan tenaga. Nafasnya tersengal-sengal, tapi ia tersenyum puas kepadaku. Aku memalingkan wajahku ke Budi yang baru saja menghentikan sedotannya. Aku merasa vaginaku sudah bersih dari cairan-cairan tadi. Budi kembali mendekatkan mulutnya ke wajahku.

Aku membuka mulutku dan kembali aku dicium seperti tadi, cuma kini cairan yang mengalir ke mulutku tak sebanyak yang sebelumnya. Setelah selesai, tanpa memberiku kesempatan menelan cairan itu, Budi langsung memagut bibirku dengan ganas. Aku kelabakan, dan cepat-cepat berusaha menelan semua cairan dalam mulutku ini supaya aku tak sampai tidak tersedak. Setelah aku menghabiskan sperma yang bercampur cairan cintaku itu, kubalas pagutan Budi sampai kami berdua sama sama kehabisan nafas.

Aku dan Budi saling melepaskan pagutan kami. Kini aku mendapat kesempatan mengistirahatkan tubuhku. Kubiarkan Reza dan Wahyu terus menyusu pada kedua payudaraku sepuas hati mereka. Aku berusaha mengatur nafasku yang tersengal sengal, juga kubiarkan kepalaku tergeletak di pangkuan Rangga, yang terus membelai rambutku dengan lembut. Aku merasa nyaman dengan posisi ini, dan kubiarkan saja Rangga melakukan apa saja yang dia suka terhadapku.

“Capek ya Mbak?” Rangga berbisik padaku.

Aku mengangguk lemah. Aku hanya sempat beristirahat kurang lebih lima menit saja, dan kini aku kembali dikerubuti oleh mereka semua. Mereka mengajakku ngobrol, yang tak kutanggapi dengan lemas karena aku masih kelelahan. Walaupun begitu aku berusaha menjawab setiap pertanyaan mereka dengan sopan, karena aku tak mau mereka berubah menjadi kasar padaku nanti pada saat mereka menggilirku di ronde berikutnya.

Aku sempat memperhatikan, sinar matahari sudah mulai redup, entah jam berapa sekarang ini. Entah sudah berapa lama aku melayani mereka semua. Selagi mereka terus berbicara, kurasakan rabaan pada sekujur tubuhku oleh anak- anak SMP ini. Kedua tanganku sudah terentang dan tak luput dari rabaan juga. Jantungku mulai berdegup kencang merasakan rangsangan yang bertubi-tubi ini, apalagi ketika Budi dengan nakal menjilati bibir vaginaku.

“Nggghh…” aku melenguh dan tubuhku kembali bergetar.

Rasanya vaginaku sekarang ini dalam keadaan sangat sensitif, dan sedikit sentuhan saja sudah amat merangsangku hingga gairahku langsung bergejolak.

“Enak kan Mbak Tita?” tanya Budi.

Aku diam saja, mukaku terasa panas.

“Kalau diam, itu berarti memang enak!” kata Budi lagi.

Ia lalu melanjutkan jilatannya, membuat tubuhku perlahan terasa makin panas.

“Oohh… Tolong hentikan Bud… A-aku masih capek…” keluhku.

Tapi Budi tak perduli, dan meneruskan jilatan itu. Sesekali lidahnya menusuk nakal, sedikit membelah liang vaginaku. Aku menggigit bibir dan memejamkan mataku erat erat. Lama kelamaan aku tak kuat lagi. Tubuhku sudah terlanjur merespon setiap rangsangan ini, dan perlahan aku menggeliat diikuti tawa mereka, tapi aku tak bisa menghentikan gerakan tubuhku yang sudah di luar kontrolku.

“Tadi minta berhenti. Sekarang gimana Mbak? Yakin nih mau berhenti?” tanya salah seorang dari mereka.

Aku tak bisa menjawab, rasanya mukaku makin panas saja. Mereka tertawa-tawa dan terus merabai setiap jengkal dari tubuhku. Akhirnya aku larut juga oleh sentuhan-sentuhan itu, dan ketika Sul memagut bibirku, aku reflek balas memagutnya. Diiringi sorakan mereka, kami berdua berciuman dengan panasnya.

Akhirnya Sul melepas pagutannya dariku dengan nafas tersengal-sengal. Aku bukannya baik baik saja, irama nafasku pun sudah tak karuan dan mataku sudah berkunang kunang. Sesaat kemudian, Kahar mendekat, rupanya ingin merasakan bibirku juga. Benar saja, Kahar segera memagut bibirku, membuatku kelabakan, dan aku merasakan tanganku yang terentang ini kembali dicengkeram di bagian pergelangan tanganku, ketika aku menggapai gapai berusaha mendorong wajah Kahar untuk melepaskan pagutannya.

Kedua pergelangan kakiku yang juga dalam keadaan terpentang ini juga dicengkeram entah oleh siapa. Maka aku hanya bisa menyerah pasrah membiarkan Kahar memuas muaskan dirinya memagut bibirku.

“Mmmphh…” aku hanya bisa merintih tak jelas, dadaku makin lama makin terasa sesak.

Ketika Kahar melapaskan pagutannya, aku megap megap kehabisan nafas.

“Oooh… Se-sebentar… A-aku…” aku mengeluh dan berusaha mengatur nafasku.

Tapi aku kembali harus tersengat oleh ulah Budi yang kini malah mencucup bibir vaginaku.

“Ngggh… Buuud.. Ja-janganhhh… Oooooh…” aku melenguh-lenguh.

Anton mendekatkan bibirnya padaku, membuatku meronta panik.

“Jangan… Tunggu… Ooooh… Mmmpphh…” kata-kataku tersumbat ketika bibirku dipagut Anton dengan ganas.

Aku terus meronta, tapi semuanya tak ada artinya. Setelah Anton puas memagut bibirku, kini ganti Darso yang menginginkan bibirku.

“Aggh… To-tolong tunggu sebentaar… Aku mmmppph…” aku tak bisa meneruskan kata-kataku karena Darso sudah melumat bibirku.

Aku mulai lemas dan menderita karena tak bisa bernafas. Setelah Darso selesai melumat bibirku, aku langsung memalingkan wajahku ke perut Rangga, dan aku terbatuk-batuk kehabisan nafas.

Aku mulai menangis dan memohon “Tolong jangan begini… Biarkan aku bernafas dulu… A-aku udah nggak kuat lagi…”

Aku benar benar berharap mereka mengasihani aku, dan untungnya kelihatannya mereka iba melihatku menangis, dan aku dibiarkan istirahat beberapa detik, bahkan Budi pun menghentikan ulahnya yang sangat merangsangku, hingga aku mendapat kesempatan memulihkan nafas yang sudah sangat tersengal-sengal ini. Dan setelah aku terlihat agak enakan, Hendra segera menyerbu dan melumat bibirku habis habisan

Budi pun kembali melanjutkan ulahnya menjilati dan mencucup bibir vaginaku, Setelah Hendra puas melumat bibirku, Reza melepaskan cucupannya pada puting payudaraku yang kanan, lalu ia sempat menunggu beberapa saat sebelum memagut bibirku.

“Mmmmh…” aku memejamkan mataku menikmati pagutan Reza, lidah kami saling bertautan hingga air ludah Reza mengalir cukup banyak ke dalam mulutku.

Setelah Reza puas, kami saling melepaskan pagutan kami, dan nafasku kembali tersengal sengal dan aku harus cepat cepat menelan air ludah Reza yang menggenangi rongga mulutku, juga mengatur nafasku. Kini ganti Wahyu yang melepaskan cucupannya pada putting payudaraku yang kiri, dan setelah aku kelihatan bisa bernafas, Wahyu segera memagut bibirku dengan ganas. Aku agak kelabakan, karena Wahyu cukup lama memagut bibirku dan keadaan ini kembali membuatku menderita.

Aku mulai meronta, tapi aku sama sekali tak bisa bergerak. Untungnya hal ini agaknya menyadarkan Wahyu, dan ia pun melepaskan pagutannya dari bibirku. Aku terbatuk-batuk dan dan megap megap berusaha menghirup udara yang sama sekali tidak segar ini, tapi aku tak punya pilihan lain. Setelah keadaanku terlihat lebih baik, Rangga mengangkat kepalaku yang sejak tadi terbaring di pangkuannya, dan ia memagut bibirku sepuas puasnya.

Kini setelah semua mendapatkan kesempatan melumat bibirku, aku tahu ronde kedua sudah akan dimulai ketika kedua pahaku dilebarkan oleh Budi. Mereka mengatur posisi mereka untuk bersama sama menikmati tubuhku. Rangga tetap memangku kepalaku dari sebelah kanan, dan ia terlihat senang sekali membelai kedua pipiku, mungkin karena kulit pipiku yang putih mulus ini. Darso kini mencucup puting payudaraku yang sebelah kiri, sedangkan Sul mendapatkan puting payudaraku yang sebelah kanan.

Dan untuk membuatku tak berdaya, pergelangan tangan kiriku dicengkeram oleh Hendra, dan pergelangan tangan kananku dicengkeram oleh Reza. Juga pergelangan kaki kiriku dicengkeram oleh Anton, dan pergelangan kaki kananku dicengkeram oleh Kahar. Wahyu menghirupi rambutku yang terurai ke sebelah kiriku, aku tidak mengerti apa asyiknya, tapi Wahyu kelihatan amat senang.

“Mbak, kita lanjutin yah…” kata Budi perlahan.

Ia menatapku penuh nafsu. Aku mengangguk perlahan dan menatap sayu pada Budi. Dengan perlahan Budi membenamkan penisnya ke dalam liang vaginaku, dan aku kembali memejamkan mata, berusaha menikmati saat saat terbelahnya liang vaginaku ini.

Setelah penisnya tertelan seluruhnya dalam liang vaginaku, Budi mulai memompa vaginaku, membuatku melenguh lenguh keenakan ”Ngghhh… Oohhh Buuud… Aaaah…”

Budi tertawa puas dan terdengar sekali kebanggaan dalam tawanya itu karena dia bisa membuatku keenakan seperti ini. Cairan cintaku sudah mulai keluar, melumasi liang vaginaku ini. Sensasi yang kudapat kali ini bertambah dahsyat karena aku merasa sangat tak berdaya dengan kedua pergelangan tangan dan kakiku yang tercengkeram erat, hingga aku tak bisa menggeliat dengan enak dan bebas, hanya kepalaku yang terbaring di pangkuan Rangga yang bisa sedikit kugerakkan. Kurasakan remasan lembut oleh Darso dan Sul yang sedang asyik menyusu di kedua payudaraku, membuatku menggelinjang keenakan.

Selain itu, belaian tangan Rangga pada kedua pipiku dan ulah Wahyu yang menghirup-hirup rambutku, semua itu makin dalam menenggelamkanku dalam kenikmatan.

“Nggghhh… Aaaaaah…” aku terus melenguh keenakan merasakan rangsangan bertubi-tubi pada sekujur tubuhku ini.

Gairahku terus naik, dan aku makin tak bisa mengontrol gerakan tubuhku, yang mulai mengejang tak karuan menahan siksaan kenikmatan birahi yang nyaris tak tertahankan ini. Tapi sayangnya, Budi tak butuh waktu lama untuk berejakulasi dalam liang vaginaku, ia menghunjamkan penisnya sekuatnya dan tubuhnya bergetar getar.

“Ooohh… Mbak Titaaaaa…” ia mengerang panjang meneriakkan namaku dan menembakkan spermanya, namun rasanya hanya sedikit sperma yang dikeluarkannya.

Aku mengeluh pendek dan membuka mataku, menatapnya dengan pandangan kecewa. Sebenarnya kalau Budi mampu menggenjotku beberapa lama lagi, mungkin saja aku juga akan menggapai orgasmeku. Tapi aku tak berkata apa-apa, dan begitu Budi melepaskan penisnya dari jepitan liang vaginaku, Darso langsung mengambil posisinya di selangkanganku menggantikan Budi. Puting payudaraku yang sebelah kiri ini tak menganggur lama. Mereka bekerja sama dengan kompak untuk membuatku terus menerus dalam keadaaan terangsang hebat dan tak berdaya untuk bergerak bebas. Hendra langsung melahap puting payudaraku yang sebelah kiri.

“Yu, minggir Yu. Gue mau ngerasain sepongan Mbak Tita!” Budi menyuruh Wahyu memberikan tempatnya.

Wahyu menghirup rambutku dalam dalam, kemudian beranjak memberikan tempatnya pada Wahyu dan menggantikan Hendra mencengkeram pergelangan tangan kiriku. Darso sendiri mulai memompa vaginaku, dan aku terus mengeliat walaupun tertahan oleh mereka. Budi menempelkan penisnya di bibirku, dan aku langsung melahap penis itu. Aku mengulum dan menjilati sisa sperma dari penis yang sudah melembek ini.

“Aduh… Eenaaaaak bangeet!” Budi mengerang erang keenakan ketika aku menyeruput semua sisa sperma itu sampai bersih, dan ia ambruk di sebelahku.

Tepat ketika ia tergeletak di lantai, Darso juga sudah berejakulasi. “Oooohh… Enaknya memekmu Mbak…” erang Darso.

Aku agak sebal dan kecewa karena tadi juga gairahku yang belum terlalu turun, sesungguhnya sudah naik cepat ketika Darso memompa vaginaku. Tapi lagi lagi aku tak sempat menggapai orgasmeku sedangkan pemerkosaku sudah orgasme duluan saat vaginaku baru mulai berdenyut-denyut. Rasanya menjengkelkan sekali karena aku dibuat tanggung seperti ini. Tapi aku cuma bisa diam saja. Yah, mau bagaimana lagi? Aku hanya bisa pasrah dan diam saja memendam kekecewaanku.

Sul beranjak mendekati selangkanganku dengan langkah gontai. Meskipun kelihatan lemas dan lelah, tapi penis yang panjangnya kira kira 14 cm dan sudah ereksi dengan gagah itu tetap diterjangkan pemiliknya, mengoyak dan mengaduk-aduk liang vaginaku, mendatangkan rasa nikmat yang luar biasa pada vaginaku. Dan Reza sudah menggantikan Sul mencucup puting payudaraku yang sebelah kanan ini, sedangkan Kahar menggantikan Reza mencengkeram pergelangan tangan kananku.

Budi yang sedang tergolek lemas itu merayap mendekati pergelangan kaki kananku, dan mencengkeram ala kadarnya, tapi sudah cukup untuk kembali membuatku tak mampu bergerak bebas. Sementara itu, Hendra dan Reza makin bersemangat mencucup dan menyedot kedua puting payudaraku. Darso menagih jatahnya, memintaku mengoral penisnya yang masih belepotan sperma itu, dan aku segera melahap penis si Darso ini.

Keadaanku sudah benar-benar tidak karuan diperkosa oleh anak-anak SMP ini. Kesembilan anak SMP ini menguasai tubuhku sepenuhnya. Empat dari mereka mencengkeram kedua pergelangan tangan dan kakiku, yang satu memangku kepalaku, satu menghisap di payudaraku yang kiri dan satu lagi menghisap di payudaraku yang kanan. Dan yang pasti, satu lagi memompa liang vaginaku, dan satu lagi menikmati servis oral dariku.

Aku sendiri merasakan sensasi yang luar biasa diperlakukan seperti ini dan aku pasrah saja mengikuti kemauan mereka semua. Dan sekarang, seperti Budi, Darso juga mengerang keenakan ketika aku membersihkan penisnya yang belepotan sperma. Tubuhnya sampai mengejang ngejang ketika aku mencucup dan menyedot penisnya, dan begitu kuluman itu kulepaskan, Darso langsung roboh, terlihat jelas selain keenakan ia juga kelelahan.

Ketika kulihat Budi dan Darso yang sudah ambruk itu kelihatan malas bangun lagi, aku jadi punya harapan, ronde ke dua ini merupakan ronde terakhir dan aku segera bebas dari mereka. Kini perhatianku kembali terfokus pada Sul yang dengan menggebu gebu memompa vaginaku.

“Engghhh… Suull…” aku melenguh dan menggeliat keenakan, apalagi ditambah gigitan kecil pada kedua puting payudaraku, membuat aku menggeleng gelengkan kepalaku kuat-kuat, tak kuasa menerima segala rangsangan ini.

Tapi sayangnya, bahkan Sul yang tadi di ronde pertama cukup perkasa, kali ini hanya sekitar 5 menit saja ia sanggup memompaku, dan ia sudah berejakulasi. Kembali aku tenggelam dalam kekecewaan. Lagi lagi aku hampir menggapai orgasmeku, tapi gagal lagi karena Sul terlalu cepat berejakulasi. Kini Budi menggantikan Rangga untuk memangku kepalaku, sedangkan Darso menggantikan Budi mencengkeram pergelangan kaki kananku. Rangga sendiri beranjak ke selangkanganku.

Rupanya mereka sudah mengatur urutan mereka untuk menikmati liang vaginaku di ronde ini supaya sama persis dengan di ronde pertama tadi. Tak lama kemudian liang vaginaku segera terbelah oleh penis Rangga.

“Sssssshhh…” aku mendesis, dan Rangga segera menggenjotku habis habisan.

Sementara itu, Budi yang sudah memangku kepalaku membelai rambutku dengan lembut dan mesra, membuatku sedikit merasa nyaman. Dan di selangkanganku, setelah liang vaginaku beradaptasi dengan penis Sul yang lebih panjang dan lebih besar, sodokan penis Rangga yang lebih kecil dan lebih pendek dari milik Sul ini tak terlalu mempengaruhiku. Walaupun begitu aku sama sekali tak bisa beristirahat, karena sejak tadi Hendra dan Reza terus mempermainkan kedua payudaraku. Tak hanya menyusu, mereka berdua juga meremasi payudaraku dengan lembut, sehingga aku terus menerus berada dalam keadaan terangsang hebat.

Namun aku tak pernah mencapai orgasme, sejak tadi para pemerkosaku tak ada yang sanggup untuk cukup lama memompa vaginaku. Hal ini sebenarnya sangat menyiksaku. Baik dengan Budi, Darso dan Sul tadi, sebenarnya vaginaku sudah berdenyut denyut, tapi sebelum aku mencapai orgasme, mereka sudah berhenti memompaku. Aku tahu mereka bukannya sengaja mempermainkanku.

Mereka berhenti memompaku karena mereka memang sudah berejakulasi. Selain itu mereka pasti sudah sangat terangsang , karena sejak tadi mereka melihat tubuh seorang wanita dewasa tersaji polos untuk mereka, yang kini sudah sama sekali tak berdaya dengan kedua pergelangan tangan dan kakiku yang dicengkeram erat oleh mereka, membuat mereka tak mungkin bisa bertahan untuk berlama-lama memompa vaginaku.

Dan sekarang ini paling tidak sudah lebih dari 5 menit Rangga menggenjot vaginaku. Rangga tampaknya begitu menikmati jepitan liang vaginaku pada penisnya. Aku hanya menyandarkan kepalaku di pangkuan Budi, membiarkan Rangga terus menggenjotku sampai ia mulai mengejang hebat.

“Oooohhh… Mbak Titaaa… Eeenaaknyaaa…” erang Rangga, dan ia menyemprotkan spermanya bertubi tubi, sedangkan aku hanya merasa nyaman dengan hangatnya sperma Rangga yang melumuri liang vaginaku.

Rangga menarik lepas penisnya dari vaginaku, dan segera memintaku mengoral penisnya. Mulutku kembali dijejali sebatang penis, yang kali ini cukup kecil dan memudahkanku untuk melakukan kuluman pada seluruh permukaan penis ini, dan Rangga mulai menggeliat keenakan dan sedikit menggerak-gerakkan penisnya dalam rongga mulutku yang kini belepotan oleh sisa sperma yang masih melekat di penis Rangga.

Baru saja aku mulai mengulum penis Rangga, vaginaku sudah harus menelan sebatang penis. Aku sempat melihat, kali ini Hendra yang mengaduk aduk liang vaginaku. Seperti Rangga, Hendra sama sekali tak bisa membuatku tenggelam dalam kenikmatan. Penis mereka ini berukuran kecil. Sambil terus mengulum dan menyedot penis Rangga, diam-diam aku merasa geli, tak pernah terbayangkan olehku aku akan diperkosa anak SMP, dan baru hari ini aku beberapa kali merasakan vaginaku diaduk oleh penis berukuran pendek.

“Ssssshh… Aaaah…” aku mendesah pasrah ketika Wahyu mencucup puting payudaraku yang kiri.

Sedang Anton menggantikan Wahyu mencengkeram pergelangan tangan kiriku dan Sul mencengkeram pergelangan kaki kiriku.

Sementara itu, Rangga terus mengerang keenakan, dan tiba tiba ia berkata setengah menjerit “U-udaaah… Udaaah Mbak… Oooooooohh….”

Aku melepaskan kulumanku, dan Rangga langsung ambruk tak berdaya, ia terlihat sangat lemas. Selagi Hendra masih menggenjotku, aku menggunakan kesempatan ini untuk mengistirahatkan mulutku, yang rasanya pegal juga karena sejak tadi kupakai untuk mengoral penis-penis dari berbagai ukuran ini. Tapi aku tak bisa berlama lama, karena beberapa saat kemudian Hendra sudah mengerang panjang dan menembakkan spermanya di dalam liang vaginaku. Beberapa saat tubuhnya berkelojotan, kelihatan sekali ia merasakan kenikmatan yang amat sangat.

Hendra mencabut penisnya dari jepitan liang vaginaku, dan ini berarti sudah ada tugas lagi untuk mulutku.

Aku segera melahap penis Hendra, dan aku mulai mengulum dan menyedot penis itu kuat-kuat hingga Hendra melolong “Oooohh… Mbak Titaaaaa…!!”

Selagi aku mengulum penis Hendra, kurasakan liang vaginaku diterjang sebatang penis, dan pemiliknya menyodokkan penisnya yang panjang itu dengan kuat, membuatku melenguh di antara kegiatanku mengulum penis milik Hendra.

“Nggghhh… Emmmmhh…” aku melenguh keenakan sambil terus mengulum dan menyedot penis di mulutku ini, dan Hendra menggeliat hebat.

“Ooooohhhh… Ampuuuun Mbaaakkk!!” Hendra melolong keenakan ketika aku menyedot penisnya kuat kuat.

Aku melepaskan kulumanku, dan Hendra segera ambruk, ia terlihat begitu malas untuk bangun. Dan kini, ketika kurasakan vaginaku dimanjakan sodokan yang kadang lembut dan kadang menyentak, aku sudah tahu, sekarang ini pasti Reza yang sedang menyetubuhiku.

“Oh… Reeezaa… Enggghh… Eeenaak…” aku kembali melenguh.

Reza memperlambat genjotannya, dan tubuhku bergetar hebat menahan nikmat ini.

“Oooooh… Te-terus Rezaaaa…” nafsu birahi yang sudah menguasai diriku sepenuhnya ini membuat aku tak lagi malu malu untuk meminta dipuaskan oleh Reza.

“Enak ya Mbak Tita?” bisik Reza yang sudah menindihku.

“Iyaa… Ooooh… A-aku… Mmmmppphh…” Reza memagut bibirku dan aku balas memagut bibirnya.

Reza menyetubuhiku sambil terus mencumbuiku, membuat aku makin tenggelam dalam kenikmatan. Kahar sudah mencucup puting payudaraku yang kanan, sedangkan Darso mencengkeram pergelangan tanganku yang sebelah kanan. Rangga juga sudah mencengkeram pergelangan kakiku yang sebelah kanan. Terangsang hebat dan rasa tak berdaya ini benar benar membuatku melayang dalam kenikmatan. Akhirnya orgasme yang sudah kunanti sejak tadi kudapatkan juga.

Tubuhku mengejang hebat, kedua kakiku melejang lejang, pinggangku melengkung dan aku melenguh lenguh keenakan “Enngggghhhh… Enggghhh… Rezaaaaa… Oooooohhh…”

Cairan cintaku membanjir, membuat selangkanganku terasa sangat nikmat. Aku ingin memeluk Reza, tapi kedua pergelangan tanganku yang terentang ini tak bisa kugerakkan, kedua pergelangan tanganku tertahan dengan erat. Walaupun agak sebal, tapi perasaan tak berdaya ini malah menambah nikmat yang kurasakan. Beberapa kali tubuhku tersentak sentak.

“Oohhh… Mbak Titaa… Memek Mbaakkk eeeenaaaaak…” Reza mengerang panjang.

Nikmat ini makin hebat rasanya ketika penis Reza berkedut keras dan spermanya yang hangat itu menyembur dengan deras membasahi liang vaginaku.

“Emmhhhh… Ooooohhh…” aku sendiri kembali melenguh keenakan, vaginaku berdenyut denyut dan kini aku terkulai lemas.

Tenagaku sudah hampir habis rasanya, entah apa aku kuat melalui semua ini. Nafasku tersengal sengal serasa hampir putus. Keadaan Reza sendiri tak lebih baik, keringat di tubuhnya membanjir deras dan bercampur dengan keringatku membasahi tubuhku. Nafas Reza masih terdengar memburu, tapi Reza masih ingin mencumbuiku, ia kembali memagut bibirku dengan mesra. Aku memejamkan mataku dan dengan penuh penyerahan kubiarkan Reza mencumbuiku sepuas hatinya. Air ludah Reza terus mengalir ke mulutku, dan aku tanpa merasa jijik terus menelannya supaya aku tidak tersedak.

“Gantian dong Rez!!” gerutu Wahyu yang sudah kelihatan tak sabar menanti gilirannya.

Reza yang baru sadar kalau masih ada Wahyu, Anton dan Kahar yang menanti gilirannya, mencabut penisnya dari jepitan liang vaginaku, tapi ia menyempatkan diri untuk merangsekkan kepalanya ke selangkanganku. Dan aku segera dibuat Reza terbeliak dan melenguh keenakan ketika Reza mencucup bibir vaginaku kuat kuat.

“Emmhhh… Reeezzaa…” aku terus melenguh dan menggeliat sampai akhirnya Reza berhenti menyedot vaginaku.

Reza lalu dengan mulut yang agak menggembung, mendekati wajahku. Aku tahu apa maunya, kuterima ciuman Reza dengan senang hati, dan campuran segala macam cairan yang mengalir dari mulut Reza itu kutelan semuanya. Setelah cairan itu habis, aku masih saja memagut bibir Reza.

“Emmhh…” aku merintih tertahan ketika Wahyu melesakkan penisnya ke dalam liang vaginaku.

“Ooooohh… Memek Mbaaaak… Eeeemang enaaaaak…” Wahyu meracau penuh kenikmatan merasakan jepitan otot vaginaku pada batang penisnya.

Anton sudah mencucup putting payudaraku yang kiri, sedangkan pergelangan tangan kiriku dicengkeram oleh Sul. Hendra menggantikan Sul untuk mencengkeram pergelangan kaki kiriku. Kini Wahyu mulai memompa liang vaginaku, dan aku merintih keenakan. Batang penis Wahyu ini hampir sama ukurannya dengan milik Reza, dan mendatangkan kenikmatan yang hampir sama pula. Aku terus menikmati sodokan penis Wahyu dalam liang vaginaku, sambil terus berpagut mesra dengan Reza.

Kedua payudaraku masih terus dipermainkan Anton dan Kahar. Perasaan terangsang hebat yang melanda sekujur tubuhku ini membuatku ingin menggeliat sekuatnya. Tapi tentu saja hal itu tak bisa kulakukan karena kedua pergelangan tangan dan kakiku dalam keadaan tercengkeram erat, dan aku hanya bisa memejamkan mataku menikmati semua ini. Kini perasaan tak berdaya yang kurasakan ini makin menambah sensasi kenikmatan yang menderaku.

Reza melepaskan pagutannya pada bibirku, dan ketika aku membuka mata, kulihat penis Reza yang masih belepotan sperma itu sudah berada di depan mulutku. Langsung saja aku melahap penis itu, dan aku mengulum dengan sepenuh hati. Kubersihkan seluruh batang penis itu dari sisa sperma, kujilati memutar dan kusedot sampai bersih. Pemiliknya sudah melenguh lenguh keenakan.

“U-udah Mbaaakkk… Sayaaa udah gak kuaaat…. Eeeeenaaaak…” aku melepaskan kulumanku ketika Reza menjerit minta ampun dan Reza langsung ambruk, tubuhnya bergetar-getar merasakan sisa kenikmatan tadi.

Aku kembali tersenyum geli, dan kini aku menikmati genjotan Wahyu yang amat gencar ini. Tiba tiba aku mendapati Kahar menempelkan penisnya ke mulutku.

Aku memandangnya heran, dan Kahar berkata “Sekalian pemanasan Mbak. Sepongin kontol saya yah…”

Gayanya itu seperti memerintah budaknya saja, membuatku sedikit sebal. Tapi aku membuka mulutku juga, dan Kahar langsung menjejalkan penisnya yang hanya basah oleh cairan bening. Hal ini menunjukkan ia sudah amat terangsang hingga tubuhnya secara alami mengeluarkan cairan yang melumuri penisnya. Aku kini menjilati dan menyedot cairan yang tak terlalu banyak itu, sekaligus mencoba ketahanan Kahar ini.

“Oooohh… Oooooh…” Kahar melenguh keenakan, bahkan ia menggerak gerakkan pinggulnya hingga penisnya menyapu seluruh rongga mulutku.

Aku terus mengoralnya, dan vaginaku rasanya berdenyut kembali setelah cukup lama dipompa Wahyu. Darso mencucup puting payudaraku yang kanan, sedangkan Rangga mencengkeram pergelangan tangan kananku. Reza yang baru saja ambruk merayap dan menggantikan Rangga mencengkeram pergelangan kaki kananku. Sementara itu Wahyu sudah mengerang-ngerang.

“Aaaaaah Mbak Titaaaaaa…” erang Wahyu dengan penuh kenikmatan, ia menyodokkan penisnya dalam dalam, seolah ingin menyemprot bagian terdalam dari liang vaginaku dengan spermanya.

Mungkin denyutan otot vaginaku membuat Wahyu terangsang hebat dan tak kuat berlama-lama menggagahiku. Kahar menarik penisnya dari kuluman mulutku, mempersilakan Wahyu untuk mendapatkan servis oral dariku. Bersamaan ketika Wahyu menjejalkan penisnya ke dalam mulutku, Kahar juga mengoyak liang vaginaku dengan penisnya.

“Nggghhh…” aku terhenyak dan melenguh, dan yang menguatirkanku, kini aku mulai merasakan sedikit sakit pada liang vaginaku.

Aku cepat-cepat membersihkan sisa sperma dari penis Wahyu, yang kemudian langsung ambruk dan bertukar tempat dengan Anton.

Untungnya Anton yang langsung menjejalkan penisnya ke dalam mulutku ini berkata “Mbak Tita, saya keluarin di mulut Mbak aja yah… Saya udah gak tahan nih dari tadi liat memek Mbak…”

Aku segera mengoral penis Anton dengan sisa sisa tenagaku, sementara kurasakan selangkanganku didera rasa sakit yang bercampur nikmat. Beberapa menit aku melayani dua penis ini, akhirnya mereka berdua mulai berkelojotan. Aku berharap mereka segera ejakulasi, karena mulutku sudah sangat capai rasanya, dan vaginaku entah kenapa mulai terasa pedih.

“Eeemmmhhh… Ooooooohhh…” beberapa saat kemudian baik Anton maupun Kahar melolong-lolong dan dengan bersamaan mereka berdua menyemprotkan sperma mereka berdua diiringi erangan panjang yang merupakan ekspresi kenikmatan mereka.

Tiba-tiba Kahar mencucup bibir liang vaginaku, hingga aku terlonjak-lonjak antara geli dan terangsang hebat. Cairan yang menggenangi liang vaginaku rasanya disedot habis oleh Kahar, dan Anton dengan penisnya yang sudah kubersihkan itu sudah terkulai lemas. Aku sudah sangat lemas, dan ketika Kahar memagut bibirku aku hampir saja terlambat menelan semua cairan itu, dan hampir saja aku tersedak.

Setelah Kahar selesai melumuri mulutku dengan campuran sperma, cairan cintaku dan air ludahnya, ia tergeletak lemas, mereka semua juga melepaskan semua cengkeraman mereka padaku, dan kedua puting payudaraku yang basah tak karuan oleh air ludah mereka semua juga terbebas. Kami semua tergeletak lemas, tenaga sudah terkuras habis. Aku berusaha memulihkan nafasku yang tersengal sengal ini.

Melihat mereka kondisinya sudah kelelahan semua, aku semakin yakin semua ini sudah berakhir. Aku tak tahu sekarang ini jam berapa, tapi yang jelas aku belum kuat untuk bangun dari posisiku karena masih sangat lelah setelah melayani mereka semua. Namun setelah beberapa menit, tiba-tiba aku melihat sembilan anak SMP yang tadi tergeletak lemas semua itu kini sudah mengerumuniku. Aku menangis ketakutan, tak berani membayangkan aku harus melayani mereka bersembilan itu lagi.

Tapi tak ada yang mendekati selangkanganku, semua hanya megerumuniku sampai ke pinggang. Dan, mereka semua beronani bersama-sama, mengocok penis mereka sendiri. Aku merasa udara di sini semakin pengap karena bau keringat mereka semua. Dan mereka terus beronani, sedangkan aku tahu aku akan segera menerima semprotan mereka semua. Setelah sekitar 5 menit aku mulai merasakan semprotan sperma mereka mulai menghujani tubuhku. Kedua mataku terkena semprotan juga hingga aku terpaksa menutup mataku. Beberapa saat kemudian, kedua telingaku, rambutku, kedua pipiku, leherku, kedua payudaraku dan perutku, kurasakan semuanya tersemprot cairan sperma. Aku seperti sedang mandi sperma saja. Lengkap sudah, sembilan semprotan sperma pada tubuhku.

Entah siapa yang melakukan, tapi gumpalan sperma yang tadi menghujani tubuhku ini diratakan ke permukaan kulitku. Kemudian kurasakan pahaku diolesi sperma, mungkin yang menempel di telapak tangan yang meratakan cairan itu. Wajahku benar-benar basah dan rata oleh sperma, demikian juga leherku, payudaraku, dan perutku. Pahaku sendiri terasa agak lengket di bagian depan, dan aku tak tahu keadaan rambutku, tapi pasti juga menyedihkan. Aku benar-benar merasa terhina diperlakukan seperti wanita murahan.

“Mbak Tita, kapan-kapan kalo kangen kami, temui saja kami di sini. Kami juga senang kok main sama Mbak..” kudengar suara Maman, dan deru sepeda motor yang baru dinyalakan membuatku merasa lega setelah perkosaan ini berakhir, dan mereka telah melepaskanku.

Setelah mereka semua pergi, aku membuang genangan sperma yang membasahi mataku, aku mengelap dengan jari tanganku, kemudian aku membuka mataku. Tidak terasa air mataku mengalir, selain merasa sakit secara fisik, aku juga merasa sangat terhina dengan semprotan sperma pada sekujur tubuhku ini. Perlahan aku mencoba bangkit dari tikar yang menjadi saksi penderitaanku ini, tapi ketika aku berdiri, kedua kakiku terasa gemetaran, vaginaku pun terasa amat sakit, membuatku langsung roboh. Aku harus beristirahat barang sebentar untuk memulihkan kondisiku.

Tiba tiba aku mendengar suara hujan, makin lama makin deras. Aku tahu aku tak boleh beristirahat di tengah ruangan ini dalam keadaan telanjang bulat dan tubuh penuh sperma seperti ini, karena bisa saja ada orang yang masuk ke rumah kosong ini untuk berteduh. Aku memaksakan diri untuk merangkak ke sudut ruangan rumah kosong ini, di mana mereka tadi melempar-lemparkan pakaianku. Tubuhku rasanya remuk semua, tapi aku harus segera menutupi tubuhku.

Akhirnya aku sampai ke tempat itu, dan kulihat baju dan rokku masih lengkap. Aku tak perduli dengan keadaan tubuhku yang basah oleh sperma ini, kupakai baju dan rokku. Sedangkan bra dan celana dalamku yang sudah tak bisa kupakai lagi karena sudah robek dan putus, kumasukkan ke dalam tasku.

Setelah kurang lebih setengah jam aku berdiam diri menguatkan tubuhku untuk berdiri. Masih terasa sekali sakit pada vaginaku, kedua kakiku juga masih gemetar, tapi kini aku sudah mampu berjalan walaupun tertatih-tatih. Aku perlahan terus melangkahkan kaki keluar, dan melihat jalanan di sekitar sangat sepi karena hujan yang cukup deras. Setelah aku terus berusaha berjalan kurang lebih 5 menit di bawah guyuran hujan, dengan kepalaku hanya ditutupi oleh tasku, barulah aku sampai ke jalan raya.

Karena tubuhku terasa sangat sakit dan lelah, ditambah aku tidak begitu mengenal daerah ini, maka aku berniat untuk naik taxi saja menuju rumahku. Untung saja tak lama kemudian ada taxi kosong yang lewat di depanku. Aku cepat- cepat naik ke dalam taxi dan menghela nafas panjang karena lega. Bajuku sudah dalam keadaan basah kuyup tidak karuan. Untung saja sesampainya di rumah, tidak ada yang sempat melihat aku yang dalam keadaan basah kuyup dan sangat kotor seperti ini.

Dengan terburu-buru aku langsung menuju ke kamarku untuk mengambil handuk dan pakaian ganti, kemudian aku mandi untuk membersihkan seluruh tubuhku yang sudah sangat kotor ini. Aku membilas wajahku dengan sabun muka sampai bersih dari sperma yang lengket di sekujur wajah dan telingaku. Setelah selesai mandi dan keramas, aku merasa seakan tubuhku lumayan segar. Walaupun jam masih menunjukkan pukul 7 malam, namun aku sudah terbaring di ranjangku dan berniat untuk tidur tanpa ada minat untuk makan malam.

Aku masih bersyukur karena besok hari Minggu, setidaknya aku dapat memulihkan tenagaku yang sudah terkuras habis akibat kejadian tadi. Semoga kejadian seperti itu tidak akan pernah terulang lagi. Tapi nasib mungkin akan berkata lain.

anak2 smp itu ternyata diam2 mengmbil hp ku lalu menyimpan no hp ku dan menyimpan rekaman pemerkosaan ku. ketika hari senin sore saat aku selesai bekerja aku merasakan getaran hpku. trnyata ad sebuah sms dari no baru yang tak ku kenal. yang membuat ku trkjut dan merinding adalah isi dari sms itu. isinya adalah "halo kak tita apa kabar masih ingat saya gk??? by budi" itu sms yg prtama lalu krna mngkin tw aku tk akan membalas smsnya dia mengirim sms lgy yg brisikan "gk di bls nyesel lho nanti tmn2 kantor kk bakal tw kk dah gk perawan and dah dientotin ma anak smp kya sya." stelah dy brkta bgtu lwt sms aku sontak kesal krna di ancam sperti itu. sms nya sya balas. "ap sich kamu kecil2 udah brani ngancam sya ya." lalu dia balas "eit.. jgn emosi klo emosi video kakak yang kmren pas bareng2 ma tmn2 aku bkal ke sebar lho. jadi medingan kakak nurut aj ap yang aku bilang." aku panas dingin membaca sms darinya itu.

aku benar2 tak bisa berbuat apa pun slain menurutinya karena aku tak mau smpe video itu tersebar luas. lalu aq balas smsnya itu" eh jgn donk plizzz.. sbutin ap yang kamu mau psti aku turutin." lalu dy jawab "mudah kak, gmpng bngt ko.. cuma nurutin semua perintah dari kami smua kpan pun dmn pun dan apa pun yg kami printahkan. ngeti???" aku bergidik membaca sms itu lalu aku segera membalas nya. "iy deh jadi gmn prjanjiannya detailnya??" lalu dy mnjawab "detailnya kakak harus datang dlu ke tmpat kami. di rmh kosong dan kakak cuma boleh pake tanktop ma hot pants yang kami belikan dan itu ditaruh di dalam rumah kosong." "sial aku akan menjadi budak seks anak2 bau kencur sperti mereka?? tapi spertinya aku tk punya pilihan lain" keluhku dalam hati.
aku pun datang ke rumah kosong itu trnyata tdk ad siapa2 seprti yang di perintahkan aku pun masuk mencari baju yang mereka katakan yang ternyata adalah tanktop pink yang agak tipis dan hot pant putih yg sngat pndek bhkan cuma bisa menutupi sebatas selangkangan ku saja. lalu ad sms masuk ke hpku. "sudah gnti bajunya?? klo sudah cepat keluar dan ad satu aturan lagy. selagi kamu nanti berjalan ke arah tmpt kami klo ad orang kamu harus menurut ap pun yang orang itu inginkan ngerti???" "hah aku harus berjalan lagi ketempat mereka sudah gtu siapa pun yang brtemu dngn ku akan menjadi tuanku smpe puas." lalu aku balas sms itu "nanti klo ad orang aku memperkosa ku gmn??" dy mjawab "itu mah resiko inget kami selalu mengawasimu klo kmu ngbntah 1x aja jgn harap video itu aman ngerti." lalu dngn cpt aku mmbalas "iya2 aku nurut." lalu aku brjalan dengan hanya menggunakan tanktop dan hot pant yang hampir mirip seprti cd ini.

baru mw mencapai pertigaan tiba2 aku dikagetkan oleh dekapan tngan dari arah belakang tangan itu menyeretku ke arah semak2 aku smpat berontak tapi tringat peringatan mereka aku mulai berhenti berontak. lalu aku mndengar suara orng yang mndekapku itu brkata "diam kalo gk gua bunuh lu perek." lalu aku mengangguk perlahan "bagus lu karang bukain celana seregam gua neh." ketika aku berbalaik trnyata dya adalah anak SMA **** yANG berada tak jauh dari rumah kosong tmpt ku tadi. lalu aku mulai membuka calana seragam nya munculah penis nya yang sudah tegang. muncul niat iseng ku dari pada tersiksa mending aku jadikan permainan. aku lalu brtanya "tuan sya mau di apain ??" tnya ku mengodanya.lalu dy brkata. "buka mulut mu perek gw pengen ngntot mulutlu." lalu aku buka mulutku dia langsung menggnjot mulutku tnpa ampun. aku brontak karna khabisan nafas tpi dia ttp menggnjotku smpai tiba2 aku merasakan penisnya muncrat. "crot.. crot.. akh lagi afek mang enak dapet cewek semok." ternyata dia sedang teler waduh aku tba2 mernding krna aku akan di perkosa oleh anak SMA yang sedang teler akibat obat2an.

"heh perek lu buka dah ntu tanktop ma hot pant dari pada gua sobek" lalu aku mnjawab " ba...baik tuan." aku gemetar karena takut dya merobek tanktop dan hot pant ku ini. aku melepas tank top ku lalu di susul hot pant ku. yang tersisa hanya cd dan bhku. lalu dengan ganas dia menikmati tubuh ku itu. mencium ku dngan ganas sambil berdiri dia merobek celana dalam ku dengan sekali hentakan lalu dia dengan cpat memasukan penisnya itu membuat ku menggeram karena tak di beri kesempatan mempersiapkan diri. "ugrh... ah... shhh... uh ah ah.." erangku lalu Bhku pun direnggut putus olehnya. dan dengan cepat dia menghisap susuku. setelah 15 mnit aku di setubuhi aku sudah orgasme 4 kali dan ketika adku murasa akan orgasme lagi dia sudah muncrat dluan.dia pun mncabut kontolnya itu dari memekku. dia pun berkata "aku puas, perek sini lu." lalu aku mndekatinya  "ad apa lagi tuan??" lalu dia mnjawab " lu skrang boleh prgi tapi ad syaratnya." "ap itu tuan??" aku brtnya balik "tiap sore lu kdu janji dateng ke sni lagi ok." lalu agar dia cpt melepaskan ku aku mengangukkan kepalaku. dia pun pergi meninggalkan ku di semak2 itu dengan keadaan horny berat.

lalu aku pun membersihkan sperma yang ad di tubuh ku dan sgera memakai tanktop dan hot pant ku kmbali lalu ad sms. " dari pertigaan belok ke kanan yang lewat kebon. aku pun berjalan ke arah yang di tntukan itu. tak smpai beberapa meter dari per3an tadi aku melihat 3 orng anak2 yang masih smu tpi kelihatannya mereka sedang menenggak muniman dan tak jauh dari mereka ad 2 orang anak kecil yang kelihatanya masih berusia 10-12thunan sedang main kartu. aku benar2 tgang saat lewat situ dan ketika sudah beberapa meter melewati mereka bru saja lega hati ku sudah di kagetkan dengan dekapan seseorang seprti anak smu yang prtama mnikmati tbuhku. aku pun di seret masuk ke arah kebon tk terurus di pnggir jaln itu. "diam lu klo mau nurut kita gk bakal nyakitin lu ngerti??" aku pun mengangguk lalu dekapan pada mulut dan mata ku pun dilepas tnpa di sangka yang membekap ku adalah teman anak kecil yang  tadi maen kartu yg prtma memang agak pendek karena hanya setinggi pundak ku saja. tapi yang satu lagi tinggi nya setara dengan ku. "sekrang u kdu diem." mereka pun dengan ganas menggrepe grepe tubuh ku yang sedang horny brat menjadi lemas dan pasrah. mereka pun mulai melepaskan hot pants ku itu dengan terburu buru anak itu pun memasukan kontol kecilnya yang sedang tegang itu ke memekku. "ugrh.. enak bangt teh empuk memek teteh kya bantal." celetus anak yang sedang menyetubuhiku dari belakang ini. " heh mba enak amat lu cma ngrsain doangg buka mulut lu gw pngen di sepong kya yang di vedeo2 bokep ntu." ternyata anak seumur mereka sudah mengenal video porno kau bnr2 terkecoh ku kira aku akan di perkosa oleh anak2 sma yang sedang mabuk eh trnyata malah di perkosa oleh anak yang masih bau kencur yang bahkan lebih pntas jadi adik ku. mulutku pun mulai di genjot lagi. tnpa di duga anak itu trnyata kuat menggenjot mulut ku smpai aku hampir ke habisan napas dan tiba2 smuanya mnjadi gelap. ketika sadar aku masih ada di kebun itu dengan tanktop yang terangkat ke atas dan kedua panyudaraku yang begelantungan bebas. saat aku mulai tersadar terasa tangan ku tk bisa bergerak trnyata tngan ku terikat di sebuah pohon sudah gitu hotpant ku sudah melorot sebatas paha aku terkat seper kambing aku hanya bisa merontah dengan posisi menungging seperti siap di pakai eloh siapa pun. lalu ad seorang siswa smp datang. aku pun mencoba berbicara "hmmm.hmmm" aku menyadari ternyata mulutku trsumpal oleh sbuah smpak yang biasa dipakai laki2. "wah2 nemu cewek gua neh. niat pngn kencing malah dpt cewe buat di kencingn." aku merinding mendengar perkataannya. lalu dia pun membuka resleting clna smpnya dan mengeluarkan penisnya lalu dya memegangi pinggulku dan menempelkan penisnya ke vaginaku yang tidak ditumbuhi bulu lalu aku merasakan vaginaku tersiram air hangat trnyata dia sdang mengencingi kemaluanku. "argh... enaknya ngencing di memek cewek." dengan tangan dan kaki yang terikat aku tak bisa menghindari hal ini. lalu dngn mudah aku pun di setubuhinya dengan posisi doggy style. ketika dya slsai menyetubuhiku dia pun melepaskan ikatan kaki ku dan mengambil hotpantku.  "akh ini kurang seksi gw modif ya clna mu mba." dia pun membuat lubang yang ckup besar di bagian selangkangan hotpant ku. aku tk bisa berbuat apapun untuk mencegahnya. "nah gnikan lebih asoy gk usah repot2 buka clana tnggal coblos. hahaha..." lalu dia mengubek2 tas ku aku brusaha brtriak untuk menghalanginya karan taku dya mengambil hpku tpi yang trdngar hanya gumaman sja tapi untung dia hanya menganbil rok ku saja. "mba ini sbge kenang2an ya." lalu dia pergi tnpa melepas ikatan pada tngan ku. aku pun mencba brdri. dengan kemaluan yang penuh sperma yang entah brasal dari siapa saja. lalu aku mencoba berjalan meski ini aku sudah pingsan selama 13jam lebih dan skrang sudah siang. entah jam brp. aku pun mengambil tasku mski dngn tngan terikat aku berusaha berjalan sambil membawa tas ku ini. tntu dngn hanya menggunakan hotpant yang sudah di lubangi bagian selangkangannya dan tanktop ketat yang terangkat ke atas.aku smpt melihat hp ku dngn menggunakan kaki ku. ad sbuah sms brisi " bagus kamu ternyata nurut ap yang kami perintahkan. kami pnya rekaman siapa saja yang telah memperkosamu tadi malam smpai skrang siang." lalu ad 1 lgi sms yang bru masuk "skrang kamu harus menungging di dekat pohon tmpt mu pingsan" untung aku blm pergi dari situ. aku pun segera menungging sprti printah mreka. lalu tiba2 anak yang ku kenal dengan nama sul datang dan segera mengobok2 selangkangan ku yang sudah siap krna hotpantsku sudah bolong. "urgh..." aku mengira akan di setubuhi tapi trnyata dia menghntikan aktivitasnya. "skrang  tas u gw bawa dari jalan ini lu tngal lurus aj. tnang aj gk akan ad pemukiman warga krna jalan ini menuju ke hutan lindung yang tak terawat. paling ntar ketemu anak2 yang gy bolos sekolah.. lalu tiba2 kemaluan ku terasa gatal sangat gatal. "oh iy lupa bilang tadi itu gw olesin u crim perangsang buat vagina. jadi u malah akan brharap ad yang memperkosa u nanti di jalan." lalu dia membenarkan tanktopku. dia pun pergi meninggalkan ku yang masih terikat ini. aku pun terpaksa mulai berjalan tertatih tatih karna kemaluanku yang terangsang ini sngat gatal. sudah ckup jauh aku berjalan dah sudah 3 kali aku orgasme kecil. akupun melihat anak2 yang menggunakan baju merah putih (seragam SD) akupun bergegas menghampiri mereka. lalu ketika aku smpai di  tmpat mereka aku pun terjatuh tpat di tengah2 ke lima anak SD itu. "weh ad cewe dari mana neh??" "eh liat tuh celenanya bolong dah gtu memeknya basah.""eh kita entot yu mumpung tngannya ke iket tuh dah gtu memeknya basah." aku mulai ketakutan mendengar anak2 SD itu berbicara tak bisa di byangkan anak SD seperti mereka berbicara sprti itu. dan aku yang sudah brumur 2o thun ini harus pasrah di perkosa mereka.

benar-benar kengerian yang menjadi kenyataan jumlah mereka semua ada 4 orang mereka bagai anak liat sekarang mulai terburu-buru membuka clana mereka sperti tkut tidak kebagian jatah mreka dngn cepat memasukan penis mereka yang kecil itu ke dalam vadinaku yang memang sudah basah akibat obat yang di berikan oleh sul. "manteb bener dah jarang ada cewek semok bgni lwat sni ap lgi mke clana bolong kya lo" ejek salah satu dari mereka. kemaluan ku dan mulut ku skrang sudah menjadi kekuasaan mereka, selama 5 jam mereka terus menyetubuhiku setelah memindahkan tubuh ku ke dalam semak belukar. mereka benar2 menikmati tubuhku ini entah bagaimana nanti nasibku slanjutnya.setelah mulai pupus harapan ada beberapa orang masuk ke dalam semak2 "wah ternyata mereka nykep budak kita di sni cuy." ujar salah satu orang yang masuk itu. "eh curut2 kaya lu cpetan minggir ampe kapan lu pada mw ngentotin neh amoy hah??" ujar orang itu pda anak2 yang sedang menikmati tubuh kutanpa henti ini. dengan cepat beberapa orang lainnya ikut masuk dan menggerebek tmpt ini.aku tak ingat lagy apa yang trjadi setelah itu. saat aku sadar aku sudah bersama sul reza dan rudi."wah udah sadar ntu amoy kita" ujar hendra. "wah iy kapan sadarnya neng??" sambung reza "sssstttt,, sudah2 skrang wktunya perjanjian yang sbnarnya." ujar rudi pemimpin mereka. "apa yang sbnarnya kalian inginkan klian kan sudah pernah menikmati tbuh ku lalu apa lagy yang klian mau." tanyaku dengan nada keras. "yang kami mau.???? itu sesuatu yang baru dan asik buat di jadiin maenan. iya gk kawan2. klo cuma tmn ngeseks mah cewe msih bnyak yang bisa di ajak ngeseks vi kan kalo budak kya lu ntu jarang ada. hahahaha.." tawa rudi mdengan nada mengejek. skrang baca neh surat perjanjian. entah bagaimana cara mereka bisa membuat surat perjanjian yang pasti ini surat perjanjian yang asli dan aku tidak bisa main2 kalo bgni. isinya adalah aku sebagai budak seks mereka yang harus patuh apa pun yang di perintahkan oleh mereka meski itu harus membuatku malu dan di perkosa skli pun dan slma aku patuh maka video terlarang itu tak akan jatuh ke tangan orang lain ato masuk ke intrnet. aku tak menyangka akan bernasib seperti ini akibat menolong orang. dengan sangat terpaksa menandatangani surat perjanjian itu. "mulai sekarang kamu tidak boleh ganti no hp itu juga sudah di tetpakan dalam perjanjian ini jika kami lost kontak lebih dari 3 hari mka video ini boleh kami sebarkan ke mana pun sesuka hati kami ingat itu. dan setiap perintah lewat sms harus di patuhi ato akan ad sangsinya.ingat itu baik dan satu lagi mulai sekarang kamu hanya boleh memanggil tuan jika bertemu salah satu di antara kamu ber9. mengerti!!" bentaknya padaku. "i...iy..ya mengerti." jawabku terbata bata. " sekarang cepat ganti pakaian mu kami sudah puas tadi saat lu pingsan rame2 kita entotin hahaha,,, gnti bju ma baju yang udah kami sediakan di dalam tas lu itu dan inget peraturannya masih sama lu gk boleh ngelawan kalo ad yang berusaha memperkosa lu." ujar rudi."iya2 aku tau tuan." jawab ku dengan nada malas. yudh cepet sana ganti baju. aku berjalan ke belakang area rumah kosong itu ketika berjalan aku smpat berpikir "bagaimana anak2 itu bisa menemukan rumah kosong kaya bgni ya???" aku bertanya dalam hati. ketika samapai di dalam kamar kosong aku mulai mencari dimana baju yang di bilang mereka ada di dalam tas ku. aku sangat teramat kaget ketika di dalam tas ku hanya ad sebuah tangtop berwarnah putih agak tipis dan hot pant yang hampir sama seperti yang prtama ku gunakan. dengan kesal dan jengkel terpaksa aku pakai smua ini. ada sms masuk ke hpku setelah aku selesai memakai pakaianku. isinya:" kami dluan lu cari jalan pulang sndri slow aj ad salah satu dari kita2 yang bakal ngawasin lu by rudi" aku pun mengikuti ap yang mereka coba mainkan skrang ini aku mulai berjalan di dalam gelapnya malam. aku tak tw jam brp sekarang. tiba2 ketika melewati gang kecil ada yang menyekap ku dan mulai menyeretku aku sempat melihat jam tangan ornag itu ternyata masih menunjukan jam 7 malam. aku pun di seretnya sampai memasuki sebuah kontrakan yang sudah tidak terawat dan tidak berpenghuni. " lu mendingan diem amoy dari pada gw ptahin leher lu. gw lagi sange berat eh seenaknya lu lewat depan gw dengan pakaian lu yang kya gni mndingan jgn pke bju sklian."ujarnya mengancamku ku mencoba melihat siapa orang ini, aku sangat amat kaget dia masih berseragam smp dengan celana pendek biru tapi ukuran badannya bisa di samakan dengan anak SMA pertama yang juga menyeretku kmrin. dy mulai meremas payudaraku dan dengan kasar tangan nya menyusup kedalam hotpantsku dengan cpat dya mengubek2 kmaluanku itu. rasanya lemas aku hrus berdiri smbil menerima rangsangan ini. " kalo lu nurut gw lepas bekepan mulut lu" ujarnya memecahkan lamunanku. aku pun mengangguk lemas dy dengan kasar menundukan badanku dan memposisikan kepalaku tepat di selangkangannya aku tw apa yang dia inginkan. "tuan sya mau di apain??" tnya ku menggodanya denga cpat clananya mengembang bagaimana tidak mendengar cewek secantikku pasrah dan berkata begtu di dpannya cowo mana pun akan terangsang berat. "lu bkain dah clana gw cpet" perintahnya "baik tuan" jawab ku smabil teruz menggodanya. dalam hati apakah aku sudah menjadi terbiasa atas semua pemerkosaan ini?? sampai2 aku bisa berkata seperti itu dngan mudahnya. ah biar saja dari pada aku merana mending aku nikmati saja suma ini. ketika clananya terbuka penisnya langsung mencuat ke arahku dengan gagah. " buka mulut lu amoy" perintahnya stlah ku buka mulut ku dengan ganas dy memperkosa mulutku tanpa ampun. setelah puas di langsung memelorotkan hotpantsku sampai sebatas paha dan mulai menyetubuhiku dambil berdiri dengan bersandar pada dinding kontrakan itu. sejak saat itu aku mulai berpikir berbeda. lebih baik ku jalani saja smua ini nikmat sudah gtu driku juga puas + video permerkosaan driku tak akan tersebar. aku pun berjanji mulai detik itu siapa pun yang mau menyetubuhiku siapa pun orangnya aku hanya akan pasrah saja. namun apa ynag akan terjadi esok hari???

from Cerita Cewek Biru | Cerita Cewek Eksibisionis dan Suka Pamer Keseksian
Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Cari Blog Ini